Ikke menjelaskan, selang dua hari tiba-tiba Ketua RT setempat mendatangi kontrakan dan menanyakan KTP milik pengontrak yang bernama Sahid.
“Saya di hubungi oleh Bu RT untuk meminta fotocopy KTP Sahid, katanya aparat kepolisian lagi nyari Sahid. Namun, dua hari kemudian Bu RT menanyakan kembali namun dengan nama yang berbeda, yaitu Wisnu,” kata dia.
Saat Ketua RT menanyakan nama Wisnu, Dia mengaku heran, soalnya tidak ada nama tersebut kecuali nama Sahid. Ia pun mengirimkan fotocopy KTP Sahid kepada RT dan menanyakan langsung apakah wajah yang didalam KTP adalah Wisnu. Dan RT pun membenarkan bahwa Sahid merupakan Wisnu.
Ikke juga mengaku baru mengetahui Sahid alias Wisnu ditangkap pihak kepolisian pada pukul 15.00 Wib, hal tersebut pun diberitau oleh RT setempat, bahwa pengontrak di kamar no 6 ditangkap.
“Saya juga baru tau bahwa Wisnu itu terduga teroris. Padahal saya diberi tau oleh ibu RT bahwa Wisnu ditangkap karena narkoba,” katanya.
Di hari yang sama, lanjut Ikke, dia mengecek kamar yang dihuni Wisnu sudah dalam keadaan kosong. Dirinya mengetahui dari RT setempat jika seluruh barang-barang milik pengontrak tersebut telah dibawa oleh petugas kepolisian.
“Dengan adanya hal ini, saya merasa kecolongan atas masalah tersebut. Karena, tiap kali ada pengontrak yang baru, saya dan suaminya selalu meminta KTP yang akan mengontrak, karena takut hal seperti ini terjadi, namun saat ini benar benar kecolongan dan untuk kedepannya saya akan lebih berhati-hati lagi,” kata dia. (fin/yul/yan)