NGAMPRAH– Perbaikan fasilitas di objek wisata Curug Malela di Kecamatan Rongga, akan diperbaiki di tahun ini dengan alokasi anggaran sebesar Rp 3 miliar yang merupakan bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Kepala Seksi Pembinaan Industri Pariwisata pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KBB Agus Nuril mengatakan, perbaikan fasilitas tersebut diharapkan bisa meningkatkan kunjungan wisata ke Curug Malela. “Tahun lalu, tercatat 10.003 kunjungan, 3 di antaranya wisatawan asing. Mudah-mudahan kunjungan lebih banyak setelah fasilitas diperbaiki,” ujarnya, Rabu (27/3).
Dia menjelaskan, fasilitas yang akan diperbaiki di antaranya jalan setapak sepanjang 200 meter menuju curug. Selain itu, juga akan dibangun plasa yang memiliki spot untuk berswafoto dengan latar belakang Curug Malela.
“Targetnya, pengerjaan fisik dilaksanakan sekitar bulan Juli nanti, bersamaan dengan penataan Situ Ciburuy, juga oleh pemerintah provinsi,” ujarnya.
Agus mengungkapkan, objek wisata Curug Malela sebenarnya sudah cukup populer. Keindahan air terjunnya bahkan sering disandingkan dengan Niagara Falls di perbatasan Kanada-Amerika Serikat.
Namun, lokasinya yang berada di ujung Kabupaten Bandung Barat sebelah selatan membuat objek wisata ini belum jadi prioritas wisatawan yang berkunjung ke Bandung. Dari Padalarang saja, perjalanan menuju Curug Malela membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam dengan menggunakan kendaraan.
“Sebenarnya, sekarang sudah ada jalan pintas lewat Kota Baru Parahyangan. Namun, akses keluarnya kecil, sehingga tidak memungkinkan untuk dilintasi banyak kendaraan dari dua arah,” tuturnya.
Seperti diketahui, Curug Malela merupakan salah satu dari tiga objek wisata yang dikelola Pemda selain Situ Ciburuy dan Guha Pawon. Sejauh ini, pendapatan asli daerah dari ketiga objek wisata itu kurang dari Rp 50 juta per tahun.
Satu-satunya objek wisata yang dikelola Pemkab KBB dengan PAD hingga Rp 200 juta per tahun, yaitu Maribaya Hotspring and Resort di Lembang. Itu pun setelah dikerjasamakan dengan swasta, yakni PT Akurasi Kuat Mega.
Meski demikian, menurut Kepala Bidang Kepariwisataan pada Disparbud KBB Nunung Sobariah, perkembangan objek-objek wisata ini tak harus selalu diukur dengan jumlah PAD yang diterima. Namun, sejauh mana keberadaan objek-objek wisata ini dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar. “Warga sekitar harus mendapatkan efek ekonomi dengan hadirnya wisata,” pungkasnya. (drx)