BANDUNG– Kepala Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung Ferdi Ligaswara mengajak seluruh masyarakat untuk menyadari bahwa setiap hari potensi kebencanaan semakin besar. Terlebih, Kota Bandung merupakan wilayah perkotaan padat penduduk membuat risiko kebakaran jadi tinggi.
Tak hanya kebakaran, potensi bencana alam pun tak kalah menanjak. Banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang adalah peristiwa yang sering terjadi akhir-akhir ini. Sejak awal 2019 ini, telah terjadi 65 kali bencana selain kebakaran. Alih fungsi lahan di berbagai tempat dan perubahan perilaku manusia memicu peristiwa tersebut.
“Di era kemajuan zaman, kita sering melupakan, bahwa semakin maju negara, kota, maka semakin dekat potensi kebencanaan. Lingkaran kebencanaan itu semakin dekat, semakin kecil,” ungkapnya usai Bandung Menjawab di Taman Sejarah Balai Kota Bandung, belum lama ini.
Oleh karena itu, tugas sebagai tim penanggulangan bencana akan semakin berat, dan tantangan penyelamatan akan semakin besar. Ia pun meminta agar seluruh elemen kota menaruh perhatian besar pada situasi ini.
“(Banjir terjadi) Di Garut, Cirebon dan banyak daerah yang tidak ada sejarah banjir. Bandung dengan kejadian kemarin di Jatihandap, Cicaheum yang tidak ada sejarah banjir. Tadi itu fakta. Kalau kita gali lagi kenapa begitu? Perubahan fungsi ruang, harusnya daerah resapan kini sudah berubah. Jurang saja jadi view menarik untuk dijadikan bangunan yang harusnya jadi resapan air. Jadi kan tidak aneh kalau sekarang adalah lumpur, batangan pohon, bahkan kasur (hanyut di sungai),” paparnya.
Masalah lain timbul dari terbatasnya sarana dan prasarana penyelamatan bencana. Untuk penyelamatan kebakaran di gedung, misalnya. Dinasnya tidak memiliki tangga yang cukup untuk menjangkau lantai yang tinggi.
“Sekarang lapis lantai di kita itu sudah ada 30 lantai, kekuatan tangga kita di unit itu baru separuhnya. Jadi dadah-dadahan kalau terjadi kebakaran di ketinggian,” katanya.
Dari segi personel, Ferdi mengaku masih kekurangan. Saat ini ia hanya mampu merekrut 260 Tenaga Harian Lepas (THL) selain 70-an Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bertugas. Padahal, idealnya ada 500 personel yang bersiaga melayani 2,4 juta penduduk Kota Bandung. Dari ideal 96 unit satuan, Kota Bandung baru bisa membentuk 32 unit.