BANDUNG – Salah satu Kawasan Bebas Sampah (KBS) binaan hasil kerjasama Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dengan Pemerintah Kota Kawasaki Jepang sukses mengurangi produksi sampah. Bahkan, kini penurunan jumlah sampah di KBS tersebut mencapai 60-70 persen.
Adalah KBS RT 06, RW 01 Kelurahan Mengger, Kecamatan Bandung Kidul yang berhasil mengubah perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga tersebut. Sehingga kesadaran masyarakat untuk memilah sampah terus meningkat.
Camat Bandung Kidul, Evi Hendarin mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir KBS di Kelurahan Mengger terus menunjukan perkembangan signifikan. Terlebih, setelah disinergikan dengan program Kurangi Pisahkan dan Manfaatkan (Kang Pisman).
“Sebagai ilustrasi, dulu sebelum ada pemilahan, petugas sampah bisa sampai tiga kali pulang pergi ke TPS. Sekarang dia hanya satu kali itupun sudah sangat kurang,” kata Evi saat ditemui di RT 06, RW 01 Kelurahan Mengger, Kecamatan Bandung Kidul, Rabu (30/1/2019).
Evi menuturkan, untuk menciptakan KBS ini sebetulnya tidaklah rumit. Asalkan, ada kerjasama dan partisipasi aktif dari kader penggiat KBS serta petugas kebersihan yang secara konsisten memberikan edukasi kepada masyarakat.
“Ibu-ibu kader eco vilage maupun petugas sampah tetus mengedukasi dan mengevaluasi pemilahan. sehingga manakala ada yang bandel itu dilewat aja, nanti dia akan bingung sendiri karena tidak sama dengan orang lain,” ujarnya.
Kemudian, Evi menuturkan, diperlukan juga inovasi dari semua pihak untuk memanfaatkan sampah secara maksimal. Sehingga, sampah sudah mulai direduksi dari sumber dan volume yang dibuang semakin kecil.
“Di sini juga untuk sampah bekas makanan dimanfaatkan untuk pakan, yang organik dijadikan kompos. Untuk yang non organik dimanfaatkan lagi, kadang didaur ulang atau dijual ke pengepul,” jelasnya.
Sementara itu, pegiat KBS Kelurahan Mengger, Winda Sari menuturkan, pada mulanya memang cukup sulit untuk membangun kesadaran masyarakat agar ikut mengelola sampah rumah tangga. Namun, kini justru mayoritas warga sangat antusias dalam memilah sampah sekaligus menjaga kebersihan lingkungan.
“Pertama susah, tapi karena kita terus edukasi jadi ada meningkat. Di data saya setiap bulan ada datanya hampir 80 persen. Mereka mau memilah tapi harus difasilitasi, makanya kita fasilitasi tempat sampahnya,” tutur Winda. (mg1/yan)