BANDUNG – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menegaskan, dalam waktu tiga bulan pihaknya sedang menyusun cetak biru ketangguhan bencana Jawa Barat. Di dalamnya, memuat cetak biru kesiapan warga untuk bermukim dan hidup sambil membaca potensi bencana.
Dia juga memastikan akan mengecek kesiapan seperti tsunami early waring system untuk mendeteksi terjadinya tsunami di Pantai Selatan. Hal ini dilakukan menyusul sejumlah alat pendeteksi tsunami atau gelombang tinggi di selatan Jabar sudah rusak, bahkan hilang.
”Saya akan memastikan early warning system, saya akan cek karena saya belum punya ilmunya berapa harganya. Saya akan investasi yang penting rakyat saya selamat,” papar Ridwan Kamil, kemarin (8/1).
Pria yang akrab disapa Kang Emil itu mengungkapkan, masyarakat perlu tahu area-area yang dianggap rawan dari sisi tata ruang. ”Nanti dari tata ruangnya akan respon, direvisi menyesuaikan dengan potensi kebencanaan. Insya Allah dengan begitu kita akan lebih baik,” katanya.
Menurut dia, sebagian besar bencana yang terjadi di Jabar selama ini adalah longsor dan banjir. Hal ini dipengaruhi oleh kontur atau kondisi geografis di Jabar yang berbukit di selatan Jabar dan rata di utara Jabar. Dengan adanya cetak biru tata ruang mengenai kebencanaan ini, kata dia, pembangunan pun dapat dikendalikan sehingga meminimalisasi risiko bencana.
Sementara itu, pada Senin (7/1) malam terjadi gempa bumi dengan kekuatan 4,8 skala richter (SR) yang berpusat di 62 kilometer Barat Daya 8.15 LS 107.88 BT Kabupaten Tasikmalaya dan kedalaman 21 kilometer.
Selain itu, pada Selasa (8/1) sore sekitar pukul 16.54 terjadi gempa bumi lagi di wilayah selatan Jawa Barat, tepatnya di koordinat 7.85 LS – 106.48 BT atau 113 kilometer Barat Daya Kota Sukabumi, dengan kekuatan 5,4 SR dan kedalaman 10 kilometer.
Pada pukul 18.05, gempa berkekuatan 4.4 SR juga terjadi di Pangandaran dengan lokasi 289 km Barat Daya dengan kedalaman 10 km. Gempa tersebut dirasakan di Tasikmalaya dan Sukabumi.
Rahmat Efendi, 52, tokoh warga di Kecamatan Sindangbarang, mengatakan, kedua gempa tersebut terasa hingga Cianjur, terutama di kawasan selatan dengan getaran yang cukup besar selama tiga detik. Menurutnya, warga sempat panik dengan adanya gempa, lantaran takut disusul dengan adnaya tsunami seperti halnya di Banten.