Satu bintang tamu yang hadir yakni Dede Fudu Abdurrahman. Guru di Kota Tasikmalaya. Ia menerbitkan komik dengan tulisan Kanji dan hanya terbit di Hongkong. Ia menyebut, Hongkong tertarik menerbitkan buku tersebut karena kekuatannya menghadirkan berbagai komunitas di sekolah. “Komik itu hasil karya anak-anak sekolah,” katanya.
Ia mengajak fotografer, ilustrator, videografer, dan banyak komunitas lainnya. Setiap Sabtu mereka mengajarkan keahliannya itu kepada anak didiknya di sekolah. Siswa yang memiliki bakat, terus diasah kemampuannya. Bukan siswa saja. Kegiatan tersebut terus berkembang dengan orang tua sebagai pesertanya.
Di tangah Fudu, kegiatan belajar mengajar tak membosankan. Sejak tahun 2010, ia menerapkan metode mengajak yang berbeda. Para siswa bebas mengekspresikan bakatnya. Kini, kegiatan yang berawal dari ruang kelas tersebut, berkembang menjangkau masyarakat. Ia bersama komunitasnya itu memanfaatkan balai warga. Mengajak masyarakat gemar membaca dan menulis.
Berbagai penghargaan sudah diraih Fudu. Salah satunya penghargaan dari National Dong Hwa Unversity Taiwan dalam capaiannya membangun gerakan literasi secara kreatif pada tahun 2017. (and/adv)