Layaknya penulis amatiran, dia pun sempat mandek di depan laptop cukup lama ketika memulai. Jari cuma ketak-ketik tak pasti. Khas penulis pemula.
Rupanya dia dibayangi ketakutan. Khawatir keteteran. Sebab, deadline cuma sebulan. Sementara dia juga mengerjakan buku sambil mengajar. Mumet.
Tapi, dia tidak menyerah. Dia memaksakan diri menyelesaikan penugasan. Dia punya bekal cerita meski mulanya sulit ditulis.
”Dari deadline sebulan itu akhirnya muncul buku pertama saya, judulnya Cerita dari Negeri Bawah Laut. Isinya tentang perjalanan saya belajar di Belanda,” urainya.
”Eh, beres dari buku pertama malah jadi ketagihan. Akhirnya metode belajar saya di kelas pun akhirnya jadi buku kedua dengan judul Guru Sang Koki Pembelajaran,” sambungnya sambil tersenyum.
Buku ketiga dan setelahnya, bukan lagi dikerjakan karena penugasan. Malah refreshing. Setiap buku muncul dari ide sehari-hari.
Dia mengaku, selama ini mendapatkan banyak hikmah dari OGN. Bukan karena nilai hadiahnya, tapi lebih dari itu dia mendapatkan banyak link untuk belajar lebih luas.
Dalam arti, pergaulan positif. Meski banyak berkutat dari grup WhatsApp. Tapi dari situ, dia banyak pengalaman belajar. Termotivasi.
”Bahkan, guru di Kalimantan untuk sampai ke kota bisa sampai enam jam, tapi mereka tetap semangat belajar dan mengajar. Perjuangan mereka mengajar sangat hebat. Dari situ saya berpikir, saya guru di Bandung, kenapa tidak bisa sesemangat mereka untuk mengajar. Harus lebih dari mereka yang di daerah,” paparnya.
Sementara itu, Nia juga sepakat sebaik-baiknya ilmu adalah yang bermanfaat. Perempuan berkacamata itu pun mempraktikan itu di lingkungan di mana dia mengajar: SMPN 36. Nia tidak mau sendirian yang bisa menulis buku.
Nia pun menerapkan pola yang mirip dengan metode yang dia buat untuk peserta didik. Tiap guru ditantang membuat tiga cerita pendek. Cerpen-cerpen terpilih dari para guru itu kemudian diterbitkan jadi buku.
”Sekarang, Alhamdulillah, empat puluh guru yang mengajar di SMPN 36, semua minimal punya satu buku yang mereka terbitkan,” ungkap lulusan S2 Unpas Manajemen Pendidikan dan S2 Pendidikan IPS STKIP Pasundan itu bangga.