“Kami merangkainya dari nol atau sejak Juli 2018. Diawali dengan desain, membuat sasis, rangka, dan lainnya. Ada mesin las SMAW di lab maka kita manfaatkan material yang ada,” ucapnya.
Ia menyebutkan, dalam pembuatan mobil tersebut, tim mendapat pembinaan dari Resi Nurofik selaku dosen Jurusan Teknik Mesin. Dalam pembuatannya, lanjut Ahmad, tidak selancar yang dibayangkan. Bahkan tim sempat mengalami tiga kali gagal dalam pembuatan body dan sasis.
“Akhirnya didapat spesifikasi yang cukup memuaskan meski ada keterbatasan,”sebutnya.
Ahmad menuturkan, untuk mencapai kesiapan mobil dari awal hingga siap untuk turun lomba, dibutuhkan dana sedikitnya Rp 25 juta. Dananya sendiri didapat dari bantuan sponsor, dan pihak Unjani. Selain itu, pihaknya juga melakukan kegiatan pengumpulan dana usaha salahsatunya dengan jualan roti.
“Ada juga yang menyumbang dari lingkungan Unjani seperti Dekanat fakultas lain,” ucapnya.
Untuk kompetisi mendatang, selain tim, pihaknya juga mengajak dua orang mahasiswa tingkat 2016-2017 yang disiapkan sebagai regenerasi. Sebab ia berharap ke depan Unjani bisa ikut di ajang internasional.
“Kami berharap bisa meraih hasil optimal dalam kompetisi ini. Kita ingin mengenalkan bahwa kita ini Unjani dan bisa berbicara di ajang nasional” pungkasnya. (ziz).