BANDUNG – Sedikitnya empat sekolah di Kota Bandung mengikuti seleksi untuk menjadi peserta Lomba Sekolah Sehat tingkat wilayah.
Penilaian diawali dengan ekspos dihadapan Wali Kota Bandung, Oded M. Danial dan para penilai yang diketuai oleh Tito Suharwanto di Balai Kota Bandung, kemarin (1/11).
Keempat sekolah itu adalah TK Aloysius, SDT Krida Nusantara, SMPN 31 Bandung, dan SMKN 12 Bandung. Ketua tim Penilai Tito Suharwanto mengatakan, berbagai kegiatan peningkatan usaha kesehatan sekolah masing-masing sudah dipaparkan, di antaranya dari program kebersihan rutin, pendidikan kesehatan, hingga pelatihan penanaman tumbuhan obat keluarga.
Tito mengaku puas dengan pemaparan para kepala sekolah, sekolah memberikan penjelasan dengan detail. Sehingga, pihaknya tinggal mengunjungi sekoalah untuk melakukan monitoring untuk memastikan program-program tersebut telah terlaksana di sekolah.
“Saya jadi tidak sabar ingin segera ke sekolah bapak ibu,” katanya.
Tito memaparkan, secara umum ada lebih dari 100 instrumen penilaian sekolah sehat. Setiap komponen mewakili indikator-indikator sekolah sehat. Mulai dari kebersihan dan kelengkapan ruang UKS, dan sarana penunjang lainnya.
“Jadi lomba sekolah sehat itu tidak hanya terfokus pada bidang kesehatan saja, tapi sarana-sarana penunjang seperti masjid, ruang bermain, taman, sekolah, tanaman obat, dan seterusnya,” tutur dia.
Selain itu, program-program pembinaan interaktif juga menjadi nilai tambah sekolah. Seperti TK Aloysius yang memiliki program duta lingkungan.
“Jadi ada pembinaan-pembinaan dan di sekolah sampai dibentuk ada duta-duta. Ada duta bidang apa, bidang apa, bidang apa, jadi tergantung kepentingan yang mau dikembangkan di masing-masing sekolah. Yang jelas tujuan akhirnya membangun generasi yang sehat, cerdas, kuat, dan bermanfaat bagi bangsa dan republik ini,” katanya.
Namun yang jauh menyita perhatiannya saat ini adalah sinergitas antara Tim Pembina UKS dengan pihak-pihak di berbagai jenjang, mulai tingkat kota hingga nasional. Menurut Tito, sinergisitas itu sangat penting dalam mewujudkan sekolah sehat di Indonesia.
“Jadi tidak bisa berdiri sendiri dan bisa bersinergi juga dengan berbagai stakeholder pihak lain seperti SKPD Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan itu sendiri,” tutup Tito. (yan)