Terbukti jitu. Meski bisa mengalahkan banyak atlet lain, tapi sosok Hanif di mata istrinya sangat romantis. Terbukti, Hanif melakukan cara tak biasa saat melamar Pipiet pada 7 Juli 2018 lalu. Yaitu melamar secara live di televisi nasional. ”Saya kaget. Enggak nyangka dia senekat itu,” ucap Pipiet. ”Ditonton se-Indonesia, bukan tanding silat tapi dilamar, aduhh,” sambungnya sambil mengelus dada.
Dia mengaku, benih cinta antara keduanya memang muncul dari kebiasaan tidak disengaja. Meski, dia sedikit banyak sadar di balik diskusi soal jurus silat ada jurus lain yang dilancarkan oleh Hanif: cinta.
”Tapi, saya tidak akan memaksa dia untuk jadi kontingen silat Jabar. Sebagai sesama professional, saya tetap menghargai dia sebagai pesilat dari DKI,” urai Hanif.
Terlebih dari benih-benih cinta yang dijalani Hanif, darah pesilat memang muncul dari keluarganya. Dani Wisnu, ayah Hanifan merupakan pesilat tingkat dunia yang sempat menjadi pelatih di pelatnas sebagai persiapan Indonesia Bangkit 2005. Ibunya, Dewi Yanti Kosasih, 40, adalah mantan pesilat putri Jawa Barat.
Pada masa jayanya, sang ibu sering mengharumkan dunia persilatan dengan sederet prestasi. Di antaranya, Kejuaraan Dunia Kuala lumpur 1989, Kejuaraan Dunia Belanda 1991, SEA Games Singapura 1993, dan Thailand Open 1992.
Sederet prestasi orangtuanya inilah yang menjadi pondasi gemilang Hanif membangun karir sebagai pesilat. Sebab, tema silat tidak hanya muncul dari saat latihan, tapi juga saat makan bersama. ”Sebenarnya tidak maksa ya. Tapi dari sekolah dasar, bakat Hanif memang sudah ada. Dan dibentuk oleh ayahnya supaya tetap pada track yang benar,” ungkap Dewi.
Bagi dia, keberhasilan Hanif mencapai prestasi saat ini juga tidak lepas dari peran team work di rumah. Sebagai ibu, dia tahu persis kebutuhan anaknya. Dari A sampai Z. Termasuk soal pergaulan. ”Dia dulu sempat senang balap motor,” ucapnya.
Gayung bersambut. Ayahnya berstatus pesilat dunia, tahu persis gizi yang baik untuk anak-anaknya. Dani pun di mata Dewi, dikenal memiliki disiplin tinggi dalam urusan gizi.
”Setelah salat subuh berjamaah, kami tinggal duduk manis saja di meja makan. Bapaknya yang masak dan siapkan menunya. Urusan pakaian dan bekal makan Hanif, saya yang urus,” paparnya.