Dikatakan dia, permasalahan kekeringan yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir tersebut membuat dirinya prihatin. Pasalnya, sejumlah warga terpaksa mengeluarkan uang tambahan untuk membeli air dengan harga variatif guna memenuhi keperluan sehari-hari.
Diungkapkan Oded, Kecamatan Cicendo mulai mengalami kekeringan sejak Mei 2018. Adapun di Kelurahan Cirangrang terjadi krisis air karena saluran air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam beberapa bulan terakhir tidak mengalir.
”Saya minta ke PDAM agar mempersiapkan air bagi warga yang mengalami kekeringan meski debit terbatas. Kita juga akan upayakan kolam retensi dibangun seperi Citepus dan Gedebage,” kata dia.
Sementara memasuki musim penghujan, Oded mengimbau masyarakat bisa membuat sumur resapan air seperti yang dirinya lakukan dengan membuat sumur resapan sedalam 4 meter dan lebar 1,5 meter. Ketika hujan turun, lanjut Oded, maka air akan masuk ke dalam sumur resapan.
”Sampai sekarang tidak kekurangan air. Itulah prinsip bersyukur ketika mendapat anugerah air, simpan di rumah masing-masing caranya dengan pakai sumur resapan,” kata dia.
Sementara itu, Ketua MUI Kota Bandung, Miftah Faridl menjelaskan, kemarau panjang menjadi pengingat bagi manusia agar tidak melupakan apalagi lupa menjaga alam. Menurutnya, dalam Al Qur’an dengan tegas disampaikan jika Allah memerintahkan umat muslim menjaga alam dengan baik.
Dijelaskan Miftah, alam merupakan tempat bagi air yang tersimpan dengan baik. Namun, dirinya menilai saat ini masyarakat cenderung lupa jika air dapat diselamatkan dari endapan tanah. Dia menyebut krisi air bisa menggugah seseorang untuk tetap memelihara air.
”Alquran berbicara tentang alam karena umat muslim tidak berpisah dengannya. Seperlima Alquran itu membahas tentang alam mulai dari bagaimana cara kita menyambutnya dengan salat. Bagi seorang muslim, salat itu penting,” kata dia.
Dikatakan Miftah, menghadapi kemarau yang terjadi penting disikapi dengan introspeksi diri agar mampu mendapat solusi. Apapun yang terjadi, kata dia, pasti mengandung hikmah dan manfaat. Dirinya menyatakan, jika rendah hati, pasrah dan ikhtiar harus dilakukan menghadapi setiap ujian
”Ujian itu bisa dalam bentuk kepahitan dan juga kenikmatan. Sebaiknya menambah kekuatan iman, persaudaraan dari berbagai musibah. Kita harus sadar, Allah maha kuasa. Di daerah lain pun bisa terjadi. Tinggal sekarang investasi apa yang akan dibawa ke kehidupan selanjutnya,” kata dia. (mg1/ign)