BANDUNG – Naiknya suara dari kalanganan Nahdlatul Ulama (NU) dalam survey yang telah dilaksanakan Lingkar Survey Indonesia (LSI) pada Kamis (27/9) membawa angin segar bagi pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Dukungan ke calon presiden nomor urut 01 ini meningkat setelah Kelompok Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) menggelar ijtima ulama II. Sebelumnya pasangan ini hanya mendapatkan 54,7 persen suara NU, kini setelah ijtima ulama II, meningkat menjadi 55,5 persen.
Sidkon Djampi selaku Sekretaris DPW PKB Jawa Barat bersyukur hal ini menjadi salah satu langkah awal yang baik untuk pemenangan Jokowi-Ma’ruf. Di Jabar sendiri, Sidkon menargetkan 60 persen suara kemenangan untuk pasangan nomor urut 1 tersebut.
”Semua potensi akan terus diperkuat dan di konsolidir termasuk dengan gerakan-gerakan dari para santri-santri muda dan milenial” ujarnya saat dihubungi melalui telepon, kemarin (28/9).
Sedangkan di PKB dan dikalangan NU beliau menyampaikan bahwa di jabar sendiri kita semua satu tekat, satu satu kesepahaman, satu kebulatan untuk kemenangan pasangan Jokowi-Ma’ruf.
Optimisme kemenangan suara di Jawa Barat pun disampaikan kubu pasangan calon presiden momor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Merujuk pasa sumber yang sama survey LSK, pasangan Prabowo-Sandi memperoleh suara yang cukup signifikan dari kelompok Persaudaraan Alumni (PA) 212 yakni sebesar 75,0 persen, setelah kelompok Gerakan Nasional Pengawas Fatwa (GNPF) melaksanakan Ijtima Ulama II.
Peningkatan ini tetap akan cermati dan bukan menjadi sebuah patokan karena perubahan perubahan masih akan terjadi. Sekretaris DPW PKS Jabar Abdul Hadi Wijaya masih tetap optimis pasangan Prabowo-Sandi dapat menang di Jawa Barat.
”Kita menargetkan kemenangan di Jabar sebanyak 80 persen, karena kita ingin lebih besar dibanding pilpres 5 tahun yang lalu,” ujarnya.
Sementara ini strategi yang akan dilakukan masih sama seperti Pilkada Jabar saat pemenangan untuk pasangan Sudrajat dan Ahmad Syaiku.
Disisi lain Abdul Hadi mewajarkan adanya penurunan suara di kalangan suara dikalangan NU, Kelompok Pancasila dan Non Muslim.
”Hal ini terjadi karena adanya Kristalisasi dari beberapa kelompok yang lebih cenderung kepada pasangan nomor 1,” pungkasnya. (aga/rmo/ign)