CIANJUR – Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur tahun ini menargetkan, sebanyak 407.662 anak harus diberi obat cacing. Program yang baru berjalan di tahun ini bertujuan untuk mencegah stunting, mengingat cacingan juga menjadi salah satu penyebab penyakit yang menghambat tumbuh kembang anak.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan, Kabupaten Cianjur, Neneng Efa Fatimah mengatakan, obat cacing sangat dibutuhkan terutama oleh anak usia sekolah yang masih dalam masa pertumbuhan.
“Karena meskipun bukan penyakit berbahaya, tapi kalau tidak ditangani malah berdampak buruk. Salah satunya terhadap terjadinya kekurangan gizi kronis (stunting),” kata dia kepada wartawan, Rabu (19/9).
Dia mengatakan, seperti yang diketahui stunting saat ini dinilai mulai marak terjadi dan mengancam anak usia dini. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya konsumsi obat cacing.
Menurut Efa, konsumsi obat cacing diperlukan agar gizi yang dibutuhkan anak selama masa pertumbuhan dapat terserap dengan baik. Hal itu akhirnya membuat pemerintah pusat memberikan obat cacing bagi anak pada 2018 ini.
“Biasanya pemerintah tidak pernah dropping obat cacing, dan penyalurannya juga bukan program rutin. Tapi mulai tahun ini, seluruh anak Indonesia diberikan obat cacing sebagai bentuk pencegahan,” kata dia.
Efa menjelaskan, orangtua harus mempersiapkan pemberian obat cacing sejak anak berusia 0-12 tahun. Biasanya, tenaga kesehatan akan dibantu oleh pihak sekolah untuk memastikan kebutuhan obat cacing anak terpenuhi. “Dalam setahun, anak harus diberi obat cacing sebanyak dua kali. Makanya, melalui sekolah tenaga kesehatan biasanya datang dan memastikan anak memakannya,” ucapnya.
Lebih lanjut dikatakan, meskipun tak begitu intens menjadi fokus medis, tapi masyarakat tidak boleh menyepelekan cacingan. Apalagi, zaman sekarang potensi terjadinya cacingan bisa lebih besar mengingat pola jajan sembarangan anak juga meningkat.
Dia juga menyebutkan, prevalensi anak dengan penyakit cacingan sekitar 10 persen. Namun angka perkiraan tersebut masih harus dibuktikan dengan pemeriksaan cacing di fecec. Sementara untuk jumlah cacingan di cianjur dengan keluhan klinis seperti lemas, letih, kurus anemia dan lainnya, itu masih di bawah 5 persen dari total anak di Tatar Santri.