”Sehingga dalam waktu tujuh hari tujuh malam, kita sudah punya ’keringatnya’ (cairan, Red) si jamur. Sebab kita sudah tidak lagi butuh ’tubuhnya’ (jamurnya, Red). Jika dihirup, bau airnya seperti bau tape,” papar Sopian. Kemudian, keringat atau air itu dimasukkan ke dalam botol kemasan siap pakai.
Proses shaker ini, ungkap dia, dalam kondisi stres, jamur mengeluarkan cairan mengandung racun bagi hama dan penyakit. Terdapat juga enzim untuk mengantisipasi serangan virus tanaman. Sedangkan alat shaker ini dibeli langsung dari bengkel di Universitas Jenderal Soedirman.
Penelitian tersebut rupanya membuat kaget Dede dan Sopian. Sebab, dari testimoni yang disampaikan para petani, cairan pembasmi hama dan penyakit tersebut bukan saja mampu mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Melainkan mampu mempercepat pembungaan dan pembuahan.
”Ini yang tidak kita duga dan sangka. Ternyata ada kelebihan lain selain mengendalikan hama. Kita sebut ini bonus penelitian. Sebab tujuannya untuk mengendalikan hama. Tapi jadi bisa juga untuk mempercepat pembuahan. Dan masa kedaluarsanya produk ini setahun. Berbeda dengan media padat yang lamanya seminggu,” katanya heran sekaligus bangga.
Dia sempat membuktikannya kepada tanaman kopi di halaman kantor. Hasilnya, tanaman yang disemprot lebih cepat berbunga dibandingkan yang tidak. Apabila tanaman dipangkas dahannya, akan cepat tumbuh lagi batangnya. Dia juga kerap menerima testimoni dari para petani yang sudah menjajal produk ini.
”Pada prinsipnya pengendali hama. Namun mampu juga merangsang buah dan bunga. Petani yang memakai produk ini merasa aneh tapi hasilnya memuaskan. Produktivitas tinggi, dijual untung,” ucapnya.
Yang paling terpenting lagi, Sopian menegaskan, inovasi ini bisa dan mudah diduplikasi oleh petani. Tidak harus membeli alat shaker untuk mengocok bahan olahan. Cukup manual saja. Menggodoknya bisa di kompor.
Sedangkan untuk mengocoknya, apabila air yang di jerigen sudah dingin, tinggal dikocok dengan tangan di saat-saat waktu luang dan santai. ”Sambil nonton TV juga bisa,” ucapnya.
Untuk 5 liter air dalam jerigen tersebut, ia mengumpamakan, kebutuhan penyemprotan tanaman teh dan kopi hanya membutuhkan 4 liter per hektare. Sayang, karena domain Dinas Perkebunan hanya pada tanaman kebun saja, pihaknya belum mencobanya ke tanaman pertanian seperti Padi sawah. (and/rie)