Menurut John Parker dalam bukunya The Gurkhas: The Inside Story of the Worlds Most Feared Soldiers, setidaknya sebanyak 200 ribu pasukan Gurkha telah berjuang dalam kemiliteran Inggris, tidak terkecuali di Indonesia. Pasukan Gurkha menjadikan Hotel Savoy Homann yang berjarak puluhan meter dari Gedung Denis sebagai markas utama.
Persenjataan lengkap serdadu Inggris dan citra mengerikan dari Gurkha, tidak lantas membuat pejuang Bandung lemas lutut bergeming. Semangat revolusioner terwakilkan oleh tindakan heroik dua pemuda Bandung bernama Endang Karmas dan Mulyono.
Karmas yang gerah melihat triwarna berkibar, berniat menurunkannya dan menggantinya dengan Sang Merah Putih. Dengan berani dan penuh risiko, Karmas bergerak sendirian masuk ke dalam Gedung Denis hingga mencapai bagian atap.
Setibanya di atap, Karmas bertemu dengan Mulyono yang juga memiliki niatan sama. Keduanya lantas bekerja sama menurunkan bendera triwarna. Namun, ketika mencapai puncak menara, kedua pemuda tersebut terdiam sejenak karena tidak ada lagi jalan untuk naik.
Karmas dan Mulyono hanya memiliki satu pilihan, yakni dengan menarik kabel besi untuk mencapai bendera. Apa dikata, angin yang bertiup kencang membuat kabel besi begitu kuat dan bergerak sporadis. Kabel besi gagal diraih dan di waktu bersamaan desingan peluru pasukan Gurkha terdengar keras dari arah Hotel Savoy Homann. Spontan Karmas dan Mulyono menunduk panik.
Suasana mendadak beralih panas mencekam. Tapi para pemuda Bandung yang berada di halaman gedung Denis tidak lantas menunjukkan ekspresi ketakutan. Suara ledakan justru dibalas dengan teriakan ”Merdeka, merdeka, merdeka!”
Di atap gedung, Karmas dan Mulyono terus berusaha menurunkan triwarna. Hingga kemudian bendera terkulai dan Karmas berhasil meraih ujungnya. Lantas, Karmas meminta Mulyono memegangnya. Bayonet dihunus dan bahu Mulyono dijadikan pijakan ketika Karmas naik untuk mencabik bagian warna biru pada bendera Belanda.
Warna biru pada triwarna dirobek keras, tersisalah warna merah dan putih. Sang Merah Putih berkibar sendiri di gedung Denis yang membuat pemuda semakin keras dan lantang menyerukan kata ”Merdeka”.
”Setelah tragedi perobekan bendera di gedung Denis dan ledakan peluru di Hotel Savoy Homann, bantuan datang dari gerilyawan Indonesia. Satu yang perlu diingat, ketika itu, Karmas dan Mulyono masih berusia belasan tahun. Mereka masih sangat muda tapi sangat berani,” ujar pegiat sejarah Komunitas Aleut, Irfan Teguh.