Sementara itu, rekannya Kurnia Dwi Hapsari, 28 mengaku, jalur menuju puncak gunung Rinjani sangat ekstrem. Apalagi, kalau sudah memasuki musim kemarau, jalur licin dengan pasir itu menjadi rumit dan sering memakan korban.
”Kalau sudah memasuki musim kemarau, jalur itu menjadi sangat licin dengan pasir. Banyak pendaki yang bersama kami menuju puncak ada yang tergelincir sampai cidera,” kata Kurnia Dwi Hapsari pendaki Rinjani, Senin (30/7)
Wanita yang baru saja menjajaki Rinjani pada Juni 2018 lalu, mengatakan, waktu tempuh untuk sampai ke puncak Rinjani membutuhkan waktu 5 jam, jika dihitung dari lokasi Pelawangan atau tempat camp para pendaki. “Biasanya waktu tempuh akan diambil malam hari oleh pendaki, agar sampai pada pagi hari di atas puncak,” paparnya.
Gadis yang akrab disapa Nia mengaku, untuk tanjakan menuju puncak cukup lumayan baik ketika melalui pos 1 sampai pos 3. Namun, sesudah pos 3, maka jalurnya kembali rumit. Sebab, jalur yang menuju ke lokasi pelawangan sudah berpasir.
Untuk petugas penyelamat di setiap jalur pendakian, kata Nia, bisa dilakukan secara tanggap. Sebab, setiap jalur, warga lokal dan vooter sangat membantu para pendaki yang mengalami cidera. (*/ign)