JAKARTA – Yuliana memang tak setenar Lalu Muhammad Zohri, juara dunia atletik U-20 di Finlandia. Tapi, Yuliana juga juara dunia. Dia juara cabang olahraga (Cabor) pencak silat tingkat junior di Shongkla, Thailand.
Atlet asal Dusun Terajon, Desa Montong Are, Kecamatan Kediri, Lombok Barat (Lobar) mengawali kejuaraan itu dengan mengalahkan pesilat India di babak penyisihan. Lalu pesilat Thailand di semifinal. Dan pesilat Singapura di partai final. Merah Putih pun berkibar.
Yuliana dengan wajah penuh kegembiraan, naik podium. Podium paling tinggi. Sambil mencium Bendera Indonesia. Dia bangga. Sangat bangga membawa Indonesia berjaya di panggung dunia.
Akan tetapi, keberhasilan dia disambut biasa-biasa saja. Tak ada bonus besar. Ingat, dia juga juara dunia. Dia berkeringat demi mengharumkan nama bangsa Indonesia.
“Alhamdulillah saya bisa meraih medali emas,” kata Yuliana seperti dilansir Lombok Pos (Jawa Pos Group).
Seperti Zohri, Yuliana juga anak yatim. Dia lahir dari keluarga dengan ekonomi terbatas. Dahulu ayahnya berprofesi sebagai tukang ojek, dan meninggal dunia karena kecelakaan saat Yuliana berumur tiga tahun. “Ayah saya meninggal saat pulang mengantar penumpang,” cerita Yuliana.
Yuliana terbilang anak rajin. Dia selalu mendapatkan ranking di sekolahnya. Di sisi lain, Yuliana juga punya bakat bertarung. Itu terlihat ketika dia duduk di kelas V SD. Kala itu, dia diejek teman laki-lakinya. Kemudian dia melawan. “Makanya saya juga sering dikeroyok sama rekan sekelas dahulu,” ujarnya.
Itulah awal dia berminat belajar ilmu bela diri. Dia selalu bertanya ke neneknya, Munisah tempat latihan ilmu bela diri. “Tetapi nenek saya tak pernah menjawabnya,” ucapnya.
Setelah lulus SD, Yuliana mendaftar di SMPN 2 Kuripan. Perempuan berhijab itu memilih pencak silat sebagai ekstrakurikulernya. “Saya mengambil pencak silat karena ingin belajar ilmu beladiri,” kata Yuliana.
Pelatih pencak silat di SMPN 2 Kuripan, Sahnun merestuinya. Setelah berlatih, Yuliana menunjukkan bakatnya. Dia pun dipilih mewakili sekolah pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat kabupaten. “Saya berhasil meraih medali emas saat itu,” kenangnya.