JAKARTA – Konsumen rumah tangga maupun industri bisa berharap harga jual gas semakin murah. Itu menyusul integrasi bisnis antara Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dan PT Pertamina Gas (Pertagas).
Integrasi tersebut membuat total kelola gas kedua perusahaan mencapai 3 bcf (billion cubic feet per day). Selain itu, terdapat efisiensi dalam pengelolaan bisnis gas sebesar Rp 8 triliun selama lima tahun.
Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Fajar Harry Sampurno mengatakan, angka pengelolaan gas tersebut membuat PGN dan Pertagas memiliki pangsa pasar 100 persen untuk pengangkutan pipa transmisi dan menjual gas melalui pipa distribusi. ”Kurang lebih 25 persen gas dimanfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri,” ujarnya di gedung DPR kemarin (17/7). Infrastruktur terkonsolidasi dari penyatuan dua perusahaan tersebut mencapai 96 persen dari total infrastruktur hilir gas bumi Indonesia.
Direktur Utama PT PGN Jobi Triananda Hasjim mengungkapkan, dalam bisnis gas, selama ini 40 persen komponen harga berasal dari infrastruktur. Kemudian, sebanyak 60 persen berasal dari komponen gas bumi dari pemasok. ”ASEAN tidak ada di bawah USD 5 per mmbtu, kecuali disubsidi pemerintah. Di Indonesia harga gas tidak disubsidi,” ujarnya.
Meski demikian, harga gas berpotensi turun jika distribusi bisa efisien. Karena itu, PGN berharap adanya aturan trading gas yang akan diimplementasikan pemerintah mampu membuat distribusi gas di tanah air semakin efisien.
Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyatakan, sebelum ada holding, ada duplikasi bisnis Pertagas dengan PGN sekitar 40 persen. ”Dengan konsolidasi ini, bisa membawa utilisasi, menambah aksesibilitas sampai ke pengguna,” terangnya.
Mengenai harga gas, lanjut dia, itu sudah diatur toll fee oleh Kementerian ESDM dan BPH Migas. Dengan demikian, integrasi itu memungkinkan Pertagas dan PGN melakukan swap untuk sumber gas yang jauh dengan sumber gas yang lebih dekat. Misalnya, gas dari Blok A Medco terlalu jauh untuk keekonomian pupuk. Untuk bisa menekan harga, perseroan mencari sumber gas yang lebih dekat dengan melakukan swap.
Menurut dia, harga keekonomian harus di angka USD 7 per mmbtu. Bahkan, kalau bisa, harga ditekan di angka USD 6 per mmbtu. ’’Karena Pertagas dapat alokasi, PGN dapat alokasi. Sebelum integrasi, kan ini jalan masing-masing, sekarang bisa swap,” urainya.