JAKARTA – Serangan hacker terhadap situs KPU sangat gencar. Dampak dari tindakan para peretas itu, ada data pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang sempat berubah. Sampai saat ini, laman itu belum diakses. Instansi itu pun berkoordinasi dengan Mabes Polri untuk melacak siapa pelaku kejahatan itu.
Ketua KPU Arief Budiman mengatakan, serangan tidak hanya dari satu peretas, tapi dari banyak pihak. “Serangannya dari mana-mana,” terang dia saat ditemui di ruang kerjanya kemarin (3/7). Serangan terhadap sistem IT itu tidak mengenal waktu. Bukan setiap jam, tapi setiap menit.
Tidak hanya data real count pilkada yang diserang, tapi juga sistem jaringan dokumentasi dan informasi hukum (JDIH). Banyak bagian yang diserang. Selain konten data, hacker juga mengubah tampilan situs. Bahkan, mereka menganggu kejelatan sistem. Pokoknya, tegas dia, upaya mereka sangat masif menganggu sistem IT komisinya.
Tim IT KPU pun berupaya keras membendung serangan para hacker. Karena begitu gencar, tim IT memutuskan untuk menutup sementara situs itu. Jika tidak ditutup, pihaknya khawatir akan menimbulkan keresahan bagi masyarakat. “Jadi, lebih baik ditutup dulu. Dibersihkan semua serangan itu,” ungkapnya.
Ilham Saputra, komisioner KPU RI mengatakan, dampak dari serangan itu salah satunya adalah data penghitungan pilkada yang ditayangkan dalam situs itu sempat berubah. Jadi, data yang ditampilkan tidak sesuai dengan C1. “Di beberapa daerah sempat ada perubahan yang tidak sesuai dengan C1,” tutur pejabat asal Aceh itu.
Agar data penghitungan tidak semakin kacau diacak-acak hacker, pihaknya memutuskan menutup sementara situs tersebut. Namun, KPU daerah masih tetap mengunggah C1 hasil pilkada. Proses rekapitulasi suara tetap jalan. Tapi, data itu belum dipublikasikan, karena masih menunggu pembenahan internal sistem.
Dia menyatakan, data C1 yang sudah diunggah ke dalam sistem KPU sudah mencapai 93,32 persen. Ilham menegaskan, serangan hacker tidak menghentikan proses yang dilakukan KPU. Hanya saja komisinya belum bisa menyampaikan secara langsung ke publik.
Arief menambahkan, dia belum bisa memastikan kapan situs akan kembali dibuka. Sebab, pihaknya masih menunggu dari ahli IT yang berupaya keras menangkal dan menguatkan sistem pengamanan, sehingga tidak mudah diserang para peretas.”Kami masih menunggu tim IT bekerja,” papar pria asal Surabaya itu.