Sebelum penggeledahan di rumah orang tua SAP, Warnawan sempat ditelepon pihak Kepolisian Resor Cirebon menyampaikan terkait penggeledahan tersebut. Dari hasil pencarian penggeledahan rumah yang ditinggali SAP, tim Densus 88 anti-teror Polda Jabar membawa sejumlah buku dan kitab.
Warnawan membenarkan jika SAP merupakan penduduk asli warganya. Secara pergaulan dan kesehariannya, SAP memang agak tertutup akhir-akhir ini, akan tetapi tidak terlihat tanda-tanda bila terlibat jaringan terorisme.
”Ya benar, SAP penduduk asli sini. Secara pergaulan dan pertemanannya baik, tidak menyangka kalau terlibat itu (teroris). Saya belum tahu persis kepribadiannya seperti apa. Tapi, waktu kecil sering main futsal bareng ke sini, sama anak-anak. Bahkan sering main sepeda bareng dengan teman sebayanya,” ujarnya.
Keterangan lain dari para tetangga, Sanita, 63, mengatakan, penggeledahan rumah kediaman SAP dilakukan petugas kepolisian berpakaian lengkap dan memeriksa orangtua SAP, Sarika, 53. Saat ini, kedua orangtua SAP masih terkejut dan syok saat mengetahui anak semata wayangnya diduga terlibat kasus terorisme.
”Kejadiannya pas mau Maghrib. Warga di sini kaget dan syok ada banyak polisi datangi rumah orangtua SAP. Kalau polisi membawa apa dari rumah, saya kurang tahu,” ungkapnya saat didatangi awak media di lokasi.
Dikatakanya, SAP merupakan pemuda yang penurut dan baik kepada para tetangganya. Sehingga tidak ada tanda-tanda terlibat jaringan terorisme. Namun demikian, dalam pergaulan sehari-hari, SAP tidak berbaur dengan teman sebayanya. ”Kalau sehabis kerja, dia pulang ke rumah saja. Dia (SAP) nggak berbaur sama teman seusianya,” ungkapnya. (wiw/ona/jpc/ign)