CIANJUR – Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi salah satu perhatian khusus Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Menurut dia, Jawa Barat harus unggul dalam indeks tersebut demi menghadapi kompetisi global. Perhatian tersebut tercermin dalam program Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat itu. Dedi Mulyadi akan meluncurkan program sepuluh sarjana dan satu doktor di satu desa.
Program ini terungkap dalam pertemuan bersama warga Desa Lembah Sari, Kecamatan Cikalong Kulon, Kabupaten Cianjur, Senin (11/6). ”Jawa Barat harus menjadi provinsi paling unggul di Indonesia. Karena itu, kita ikhtiarkan semua kebutuhan pendidikan itu ditanggung oleh Negara. Kita ingin agar di satu desa ada 10 sarjana dan seorang doktor,” jelas Dedi.
Personalia kaum cendekia yang lahir dari kampus tersebut menurut Dedi, bertugas memaksimalkan potensi desanya. Mulai dari potensi kultur, sosial sampai sumber daya alam. Sehingga, terjadi pembangunan yang berkesinambungan di seluruh desa di Jawa Barat.
Kalau sarjana itu memiliki kualifikasi pendidikan agama, tentu kita arahkan kerjasama dengan pesantren dan kiai kampung. Kalau ada kualifikasi lain, kita arahkan sesuai disiplin ilmunya. Poin pentingnya, seluruh aspek pembangunan di desa ini berkesinambungan,” katanya.
Menurut Dedi, program ini sangat realistis untuk diselesaikan selama lima tahun kepemimpinan. Terdapat 5.962 di Jawa Barat, sehingga dalam satu tahun dia proyeksikan mencetak seribuan lebih kaum cendekia dari desa.
Artinya, ini bisa selesai 5 tahun. Nantinya, berproses dan berbaur dengan lingkungan desanya demi kepentingan masyarakat di desanya,” ucap dia.
Kompetisi Era Milenial
Program ini tercetus dari persiapan untuk menghadapi kompetisi era milenial. Digitalisasi menurut Dedi, merupakan keniscayaan. Karena itu, dibutuhkan agen-agen yang mampu memberikan wawasan tentang kebutuhan di era ini.
Kaum cendekia, tuturnya, merupakan sosok-sosok terlatih untuk bersaing dan menjalin dialog antar budaya akibat digitalisasi. ”Hari ini sedang terjadi pertarungan siar peradaban. Kalau kita tidak punya infrastruktur yang mumpuni, kita bisa keteteran. Siarnya bisa dari media, hacker misalnya, kita selalu memandang buruk. Tetapi, Negara juga butuh hacker untuk melawan sesama hacker,” katanya. (rmo/gun/ign)