Partai-partai Akan Prioritaskan Kader Saat Pilpres 2019

Jakarta – Partai-partai saat ini tengah mempersiapkan kadernya untuk bisa maju dalam perhelatan pilpres.

Meski begitu, sejumlah nama non kader diluar partai pun, saat ini tengah melakukan manuver agar bisa masuk dalam bursa capres.

Emrus Sihombing, Pengamat Politik Universitas Pelita Harapan (UPH), menilai dari situasi politik saat ini, nampaknya tidak terhindarkan adanya tiga poros.

Hal ini karena komunikasi politik yang mereka bangun antarpartai belum mengkristal ke dua poros, poros 1 atau dua.

“Bahkan partai-partai yang saat ini sudah menunjukan indikasi berada di posisi dua poros itu, tidak ada jaminan mereka akan tetap berada di poros itu. Bisa sangat cair. Sangat cair,” jelasnya, selasa (12/6).

Karena apa, prinsip dasarnya adalah, mereka akan mau menyatu ke salah kalao kepentingan politik mereka terakomodasi.

“Sepanjang kepentingan politik mereka belum terakomodasi saya pikir mereka akan membuat poros baru,” paparnya.

Kenapa demikian, karena dalam pencalonan Presiden 2019 ini, sebenarnya tidak pas dipakai istilah koalisi. Yang lebih pas dipakai istilah kerja sama politik.

“Kalo koalisi atas dasar idiologi dan sudah dibangun sejak lama misalnya lima tahun lalu, atau bahkan 10 tahun lalu. Tetapi membentuk poros ini sangat dinamis dan bisa last minute. Karena itulah sangat pragmatis, lebih cocok sebagai kerja sama politik,” terangnya.

Terkait dengan itu, tampaknya tiga poros akan terjadi.

Poros baru ini cenderung akan dinakhodai oleh partai Demokrat, baru kemudian besar kemungkinan merapat PAN.

“Karena PAN rekan lama Demokrat, saat Hatta Ketum. Dan kemudian ada relasi kekeluargan antara PAN dan Demokrat. Kemudian besar kemungkinan akan menyatu PKB. PKB blm definitif mengusung calon. Cak imin bisa saja maju, dari segi eletabilitas perlu dipoles. Dari Demokrat, kelihatah dari hasil survei, AHY sangat layak ditempatkan di posisi cawapres,” paparnya.

Ini saya kira perlu dipertimbangkan akan sangat merebut suara milenial.

“Capresnya? Sangat dinamis, bisa saja dipasangkan dengan Jokowi untuk pasangan ke depan. Tapi akan sangat tergantung komunikasi politik antarakedua tokoh ini maupun partai pengusung,” jelasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan