JAKARTA – Meski Pemilihan Presiden masih satu tahun lagi, sejumlah perkembangan politik menjelang pesta demokrasi tersebut mulai menjadi opini di masyarakat
Yang terbaru, yakni mengenai rencana Politisi PDI Perjuangan Puan Maharani, yang akan bertemu dengam Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam waktu dekat ini.
Publik pasti bertanya, apa yang akan dibahas oleh kedua tokoh politik ini.
Meski putri Megawati Soekarno Putri ini tidak menjelaskan secara rincian apa yang akan menjadi topik pembicaraan.
Menurut pengamat politik, Pangi Syarwi Chaniago, pertemuan itu bisa dimaknai biasa atau istimewa. Dikatakan pertemuan biasa karena Puan bukan sekali ini saja bertemu Prabowo.
“Ini jadi pertemuan istimewa jika pembahasan terkait Pilpres 2019. Saya membaca pertemuan Puan dengan Prabowo bisa saja sebagai konsolidasi agar tidak ada potensi poros ketiga,” kata Pangi kepada wartawan, Sabtu (9/6).
Puan, kata Direktur Eksekutif Voxpol Center ini, dalam posisi menerima mandat dari PDI Perjuangan untuk menyampaikan pesan agar Prabowo mematikan langkah politik Partai Demokrat yang sedang menginisiasi terbentuknya emberio poros ketiga.
“Dan Pak Jokowi juga pasti tidak senang karena 50 persen plus 1 dalam teori demokrasi tidak tercapai,” sambungnya.
Karena itu, Jokowi melalui Puan meminta Prabowo untuk terus “menjaga” beberapa partai yang berpotensi lompat pagar dan bergabung ke kelompok poros ketiga.
Pangi menyebut ada Partai Demokrat dan PAN di kelompok ini, meski jumlah suaranya secara nasional belum memenuhi syarat untuk mencalonkan Presiden dan Wakil Presiden.
Prabowo diminta untuk “menjaga” PKS agar tetap berada di koalisi Gerindra dan PKB tetap berada di lingkaran Jokowi.
Bahkan sekalipun PKB bergabung dengan Gerindra, itu bukan masalah bagi Jokowi. Yang terpenting dua partai itu tidak bergabung ke poros tengah.
“Prabowo harus mengunci PKS dan PKB agar tidak lompat pagar ke koalisinya Demokrat. Kalau di koalisi Jokowi aman, ada Golkar, PPP, Nasdem,” ujar dia.
Situasi inilah, menurut Pangi, yang menyulitkan poros ketiga terbentuk. Di samping belum tercukupinya syarat dukungan untuk pencalonan presiden dan wakil presiden, aktor untuk mengisi poros ketiga juga tidak terlihat, selain Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).