CIMAHI – Fakuktas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Cimahi berhasil menangkap oknum yang melakukan kecurangan pada seleksi masuk untuk mahasiswa baru.
Rektor Unjani Mayjen TNI Witjaksono mengatakan, dalam aksinya mereka menggunakan peralatan canggih berupa balpoint berkamera, HP, dan earphone, serta mematok tarif kepada calon korbannya sebesar Rp 200 juta-Rp 250 juta.
Menurutnya, kasus ini terungkap pada saat dilakukan tes masuk Fakultas Kedokteran Unjani pada 6 Mei 2018. Dari beberapa pelaku, salah satu di antaranya merupakan mahasiswa Unjani semester dua.
”Saat ujian masuk seleksi Fakultas Kedokteran pengawas mencurigai ada beberapa orang yang melakukan kecurangan. Saat diperiksa mereka memanfaatkan peralatan elektronik untuk saling mengirimkan soal dan jawaban,” ungkapnya, di kampus Unjani, Jalan Terusan Jendral Sudirman, Kota Cimahi, Jumat (1/6).
Witjaksono mengatakan, Fakultas Kedokteran merupakan Program Studi (Prodi) yang menjadi favorit hampir disemua perguruan tinggi tak terkecuali di Universitas Jendral Ahmad Yani (Unjani) Kota Cimahi. Sehingga pendaftarnya selalu meningkat dalam setiap tahunnya.
Menurutnya, dalam setiap tahunnya ada sekitar 2.500 pendaftar ke Fakultas Kedokteran. Padahal pihaknya hanya menerima sebanyak 150 orang saja. Sehingga persaingan untuk masuk kedokteran ini sangat ketat.
”Ini yang akhirnya membuat siapapun berani membayar mahal agar bisa diterima masuk di Kedokteran,” ujarnya.
Ditempat yang sama, Sekretaris Rektor, Brigjen TNI Dedi Hernadi mengungkapkan, praktik ini terjadi saat berlangsung tes di Gedung Psikologi, di ruang lima, enam dan 12.
Saat itu pengawas berhasil mengamankan E yang merupakan seorang mahasiswa semester dua di Unjani yang membawa kamera capture berbentuk pena, kemudian SR yang membawa HP dan earphone mini, serta R, dan F.
Modus operandi yang mereka lakukan adalah dengan memfoto soal lalu dikirimkan ke kelompoknya untuk dikerjakan dan mencari jawabannya. Setelah 30 menit lalu jawaban dikirim melalui HP atau disebutkan langsung karena bisa didengar melalui earphone.
Sementara dalam mencari korbannya komplotan ini memanfaatkan pada saat calon mahasiswa melakukan registrasi pendaftaran dengan menghubungi orang tua calon mahasiswa.