Elin pun melakukan inovasi dari manisan Kalua Jeruk yang biasa dibuat oleh neneknya itu. Dari semula hanya satu varian rasa yakni berwarna hitam gula merah, fia mengembangkan varian rasa lainnya, yakni rasa gula merah mocca, durian, stroberi, melon, jeruk dan vanila. Rata rata para penual manisan Kalua Jeruk disepanjang Jalan Raya Ciwidey itu antara Rp 40 ribu hingg Rp 60 ribu perkilogram.
“Kalau bahan baku kulit jeruk Bali, ada orang khusus mencarinya ke pedesaan atau bukit bukit. Seperti di daerah Rancabali, Cililin,Rawabogo bahkan sampai ke Jatinangor. Jeruk yang dibuat manisan atau kalua itu yang masih muda, kulitnya tebal enggak ada jeruknya. Jeruk Bali yang masih muda inilah yang diolah jadi manisan kalua jeruk,” ujarnya.
Keputusan Elin ternyata tepat, usaha pembuatan manisan Kalua Jeruknya itu berkembang pesat. Banyak orang yang menjadikan Kalua Jeruk sebagai oleh oleh sepulang berwisata dari Ciwidey dan sekitarnya. Karena semakin banyak orang yang menyukai Kalua Jeruk buatannya, biasanya tak kurang dari 1 kwintal perhari kulit jeruk Bali yang diolah menjadi manisan Kalua Jeruk khas Ciwidey itu. Langkah Elin ini diikuti oleh adik adik dan saudaranya, mereka pun membuka toko dan menjual Kalua Jeruk di sepanjang jalan itu.
”Dulu dalam sehari tak kurang dari 1 kwintal kulit jeruk yang saya olah jadi manisan. Tapi sejak dua atau tiga tahun terakhir ini produksi terus menurun, sekarang mah 1 kwintal itu dalam satu atau dua minggu. Banyak faktor penyebab turunnya omzet penjualan kami turun, termasuk galian pipa SPAM Gambung yang galian tanahnya bikin macet dimana mana,”katanya.
Seiring berkembang pesatnya kawasan objek wisata Bandung Selatan, Elin dan para pedagang lainnya disepanjang Jalan Raya Ciwidey, berharap bisa kecipratan rejeki. Sayangnya, meski saat ini akses ke kawasan objek wisata Bandung Selatan semakin mudah dengan hadirnya Jalan Tol Soreang-Pasirkoja (Soroja). Tol Soroja tak kunjung memberi tuah rejeki kepada mereka.