Jika Musim Hujan, Siswa Belajar dalam Keadaan Was-was

Tak menunggu lama, kami langsung meninjau lokasi sekolah yang katanya mirip kadang ayam itu. Saat itu, kegiatan belajar mengajar (KBM) sedang berlangsung. Siswanya hanya 11 orang saja.

Sarmudin, 23, guru sukarelawan kelas jauh SDN Datarmuncang, mengatakan, sekolah itu baru dibangun satu tahun dan baru satu rombongan belajar (rombel) kelas I. ruang kelas ini dibangun, kata dia, sebagai alternatif agar anak-anak di Kampung Tarisi tidak terlalu jauh menuju sekolah induk.

“Untuk menuju sekolah induk, para siswa harus berjalan empat kilometer. Sangat jauh, kasihan. Jadi warga di sini membangun kelas jauh,” kata dia kepada Cianjur Ekspres, belum lama ini.

Dia menjelaskan, tenaga guru hanya empat orang saja termasuk dirinya. Di antaranya, Nendi, Dirwana, dan Rakim. Semuanya tenaga sukarelawan dan warga sekitar.

Mereka merupakan lulusan SMA/SMK. Seperti Sarmudin yang hanya lulusan SMKN 1 Naringgul terpaksa mengabdikan diri lantaran tidak ada guru yang mau mengajar di sekolah itu. “Mengajarnya dijadwal, satu minggu dua hari kerja. Tapi kalau saya sendiri Senin sampai Kamis, karena yang lain juga banyak kegiatan,” bebernya.

Selain mengajar, Sarmudin juga seorang penyadap air nira aren sebagai bahan baku gula merah dan cuka. Sebab, uang honor menjadi guru sukarelawan di sekolah tersebut tak menentu.

“Gajinya enggak per bulan. Seadanya uang saja. Dalam satu tahun terakhir ini saja, saya baru digaji Rp 150 ribu. Tapi terkadang kepala sekolah suka ngasih dari uang pribadinya,” ungkapnya.

Neli Rini Aryanti, 7, siswa kelas 1 SDN Datarmuncang mengaku ingin sekali ruang kelasnya layak. Sebab jika musim hujan, tak hanya bocor, lantai yang hanya beralaskan tanah itu pun menyulitkan para siswa untuk beraktivitas.

“Kalau hujan bocor dan kotor. Kelasnya pengen bagus,” tuturnya.

Sementara itu, Dewan Guru SDN Datarmuncang, Rusiandi, menyebutkan, kelas jauh SDN Datarmuncang dibuat berdasarkan kesepakatan warga dan sekolah. Pasalnya, ada sekitar 24 siswa di Kampung Pasirtarisi ini sekolah di kelas utama SDN Datarmuncang, dan harus berjalan kaki sekitar 4 kilometer.

“Kasihan kalau masih kelas 1 harus berjalan jauh. Makanya dibuatlah kelas jauh di Kampung Pasirtarisi ini,” kata dia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan