SOREANG – Pengumuman kelulusan SMP yang dijadwalkan akan diterima oleh peserta didik senin 28/5/2018 mendatang disikapi pesimis oleh sebagian besar siswa SMP di Kabupaten Bandung. Sebab, untuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMA/SMK menerapkan Sistem Zonasi.
Selain itu proses PPDB ditiap Kota/Kabupaten digelar secara serentak semakin memperkecil peluang siswa untuk bisa mendaftar di sekolah yang diunggulkan.
“Iya pesimis sih karena sistem zonasi, artinya yang di kota lebih berpeluang besar dibanding di Kabupaten,” jelas Salshabila Nouvanka Suryana siswi MTs Al-Ittifaq Kecamatan Ciwidey ketika ditemui kemarin (25/5)
Salsa mengaku bercita-cita ingin masuk ke sekolah farmasi dan kebidanan di SMK Bhakti Kencana, Ujungberung Kota Bandung. Namun jika sekolah yang ditujunya ternyata memberlakukan zonasi dalam PPDB maka kecil kemungkinan dirinya akan keterima.
“Iya kalau enggak keterima paling nyari sekolah farmasi di sini aja (Ciwidey) atau Soreang,” ujar dara asal kecamatan Rancabali itu
Nada pesimis juga disampaikan Rena Meliana, 15, salah seorang siswa SMPN 1 Cicalengka Kabupaten Bandung. Rena lebih memilih melanjutkan sekolahnya di SMAN terdekat dibanding ke Kota Bandung. Karena kecil kemungkinan keterima setelah PPDB tahun ini diterapkan sistem zonasi.
“Awalnya sih mau ke SMKi (SMKN 10) Kota Bandung. Tapi jauh terus belum tentu keterima juga kalau sistemnya seperti ini. Jadi kayaknya lanjut (sekolah) di sini aja,” tuturnya
Para siswa di Kabupaten Bandung ini semakin pesimis setelah pengelolaan SMA di bawah pemerintah provinsi. Sebab, penyelenggaraan pendaftaran akan dilakukan secara serentak di seluruh provinsi.
“Jadi kalau gitu persaingannya semakin ketat, kalau ke geser di sekolah favorit Kota Bandung. Harus buru-buru nyari sekolah lain yang masih berpeluang keterimanya,” kata Rena
Sementara Kepala Sekolah SMPN 1 Bojongsoang Tono Prihartono menuturkan, meski PPDB tahun ini diterapkan sistem zonasi, peluang untuk melanjutkan sekolah di Kota Bandung masih berpeluang besar. Asalkan, hasil (Ujian Nasional) UN bagus.
“Bisa jadi begitu (kecil peluang), tapi kalau hasil UN nya tinggi tidak ngaruh juga. Harusnya optimis berpeluang anak itu,” katanya Tono.