NGAMPRAH – Saat ini, harga kopi di tingkat petani Kabupaten Bandung Barat cukup tinggi. Hal itu dipicu anomali cuaca yang terjadi beberapa lalu dan berdampak menekan pada produksi kopi. Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI) KBB, Kurnia Danumihardja mengungkapkan, dampak anomali cuaca pada tahun ini cukup berpengaruh dengan tingginya harga kopi.
Dari catatan APEKI untuk jenis kopi grenbean Rp75 ribu per kilogram, meningkat dari sebelumnya Rp70 ribu. Sedangkan untuk buah ceri rata-rata diharga Rp10 ribu per kilogram dari harga sebelumnya yang mencapai Rp8 ribu per kilogram. “Termasuk untuk gabah Rp26 ribu per kilogram, sekarang naik jadi Rp28 ribu perkilogram. Harga ini memberikan efek negatif bagi petani kopi,” katanya di Ngamprah, kemarin.
Diakui Kurnia, akibat faktor cuaca buruk saat pembuahan membuat banyak bunga yang tidak jadi buah. Sementara menurutnya, petani mulai panen kopi pada Mei ini, dan puncak panen pada Agustus. Kurnia menyebutkan, untuk kopi jenis robusta saat ini belum diketahui standar harganya. Sebab, kopi jenis robusta mulai panen pada Agustus. “Robusta belum panen dan biasanya itu pada Agustus baru mulai. Jadi sekarang kita belum untuk punya standar harga,” katanya.
Kurnia mengungkapkan, bahwa komoditas kopi yang tumbuh di Kabupaten Bandung Barat saat ini banyak diminati di pasar Nasional maupun Internasional. Dengan demikian, kopi-kopi yang ada di Jawa Barat diekspor ke Asia dan Amerika Serikat. “Selama ini beberapa sentral kopi di daerah sudah bisa ekspor salah satunya ke Korea Selatan. Kami berharap tren ini bisa terus berjalan. Termasuk adanya daya dukung pemerintah daerah dalam mengatasi krisis petani kopi,” jelasnya.
Seperti diketahui, para petani di Kabupaten Bandung Barat sebelumnya meminta agar Harga Pokok Produksi (HPP) langsung ditetapkan oleh pemerintah daerah. Dengan HPP ditetapkan oleh pemerintah daerah, para petani diyakini akan terlindungi dari dampak pasar bebas. “Seharusnya memang ada aturan yang kuat dari pemerintah. Sehingga petani juga memiliki standar harga yang bisa menguntungkan para petani,” tegas Ketua Gabungan Petani Kopi Kebun dan Hutan Indonesia (Gapekhi), Setiowekti. (drx)