Kebanggaan Anak Negeri Yang Terkendala Biaya

Ketika disinggung mengenai ketertarikannya menjadi Voluteer Dengan semangat Gagan menceritakan awal mulanya terpilih menjadi Voluteer tersebut. Bagi dia, menjadi seorang Volunteer itu tidak gampang.

Sebab, untuk pendaftarannya saja diperlukan seleksi yang sangat ketat. Bahkan, dari ratusan ribu peminat dari penjuru dunia hanya sekitar 17 ribuan saja yang terpilih.Ikut serta menjadi seorang Voluteer adalah peristiwa bersejarah bagi hidupnya.

Meski berstatus hanya sebagai relawan seorang Volunteer merupakan panitia penyelenggara kejuaraan sepak bola terbesar dunia yang bertugas mempersiapkan sarana dan prasarana seperti upacara pembukaan-penutupan, transportasi, media, language services, fan services, information center, persiapan stadion dan penginapan bagi para pemain.

Dia memaparkan, program Volunteer pada Piala Dunia FIFA ini sebetulnya dimulai sejak Piala Dunia FIFA 1998 di Perancis. Sejak saat itu, volunteer rutin diadakan setiap perhelatan Piala Dunia.

Pada Piala Dunia terakhir yang diadakan di Brazil 2014 pernah ada prang Indonesia
yang pernah menjadi Volunteer bernama Vidyah Payapo Al Qadry. Vidyah menjadi satu-satunya orang Indonesia yang terpilih untuk menjadi panitia World Cup kala itu.

Pada World Cup 2018 ini, program Volunteer kembali diadakan dengan jumlah pendaftaran mencapai 176.870 orang. Namun, hanya 17.040 orang saja yang berhasil lolos sebagai volunteer mewakili negara masing-masing.

Untuk proses seleksi program Volunteers FIFA World Cup 2018 mencakup seleksi administrasi, tes bahasa Inggris online, interview, pembuatan profile video dan training bahasa. Bahkan, proses seleksi memiliki proses cukup panjang.

’’ Waktu itu, dimulai dari 2016 dan hasil seleksi diumukan pada tanggal 21 Februari 2018,’’kata dia.

Atas keuletan dan kerja kerasnya ini membawakan Gangan terpilih menjadi satu-satunya Volunteer pada Piala Dunia 2018 di Rusia mewakili Indonesia.

Kendati begitu, ditengah kesuksesnya, menjadi Volunteer atau relawan berarti siap bekerja tanpa pamrih dan tidak dibayar. Sebab, pihak penyelenggara dari FIFA, hanya menjamin sarana di antaranya seragam, makan, bebas transportasi selama bekerja, souvenir dan sertifikat.

Mendapat informasi ini, membuat Gagan agak kebingungan. Terlebih, setelah dikalkulasi kebutuhan hidup selama tinggal di Rusia menajdi volunter bisa mencapai Rp 30 jutaan.

Tinggalkan Balasan