NGAMPRAH- Sebanyak 60 penyandang disabilitas mengikuti kegiatan Unit Pelayanan Sosial Keliling (UPSK) yang digelar oleh Dinas Sosial Kabupaten Bandung Barat bertempat di Desa Cipada Kecamatan Cisarua. “Tujuan dilakukan kegiatan ini untuk mendekatkan pelayanan kepada penyandang disabilitas salah satunya di bidang kesehatan,” kata Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bandung Barat Heri Partomo di Ngamprah, kemarin.
Heri menambahkan, tujuan lainnya yakni untuk memenuhi hak-hak dari penyandang disabilitas. Sebab, hak dan pelayanan bagi mereka sama dengan orang pada umumnya. “Tentu tujuannya kita ingin memberikan hak yang sama bagi penyandang disabilitas. Melalui kegiatan ini kami juga menggelar tes kesehatan agar diketahui apa saja penyakit yang dirasakan oleh penyandang disabilitas seperti sakit pada mata dan lainnya,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, pihaknya memberikan secara simbolis kursi roda, tongkat ketiak dan beberapa alat bantu lainnya. “Saat ini di Jawa Barat baru Kabupaten Bandung Barat yang menggelar acara UPSK ini. Bahkan, bantuan ini juga bersumber dari APBD. Karena kami ingin mendorong agar keberadaan disabilitas ini bisa mendapatkan perhatian yang sama,” terangnya.
Saat ini, sebut dia, jumlah penyandang disabilitas mencapai angka 5.726 orang di Kabupaten Bandung Barat. Bentuk perhatian pemerintah juga dengan menyalurkan bantuan seperti uang setiap bulan mencapai Rp300 ribu. “Itu untuk 15 orang di setiap kecamatannya atau mencapai 180 orang totalnya. Bantuan ini diberikan bagi penyandang disabilitas yang memang sudah tidak mampu berjalan,” terangnya.
Selain bantuan alat, kata dia, bantuan yang diberikan pemerintah kepada penyandang disabilitas seperti pelatihan menjahit, tata rias, pijat refleksi dan pelatihan lainnya. “Sehingga mereka bisa memiliki kemampuan dan keterampilan untuk kehidupan sehari-hari,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) KBB, Satam Susanto menambahkan, penyandang disabilitas di Kabupaten Bandung Barat sudah banyak yang mandiri. Mereka mulai melakukan aktivitas yang mampu menghasilkan ekonomi untuk kebutuhan sehari-hari. Salah satunya penyandang tunanetra kini sudah bisa berkembang mandiri dalam bekerja dimana salah satunya menjalankan usaha di bidang pijat tunanetra. Keberhasilan tersebut, tak terlepas dari dorongan Pemkab Bandung Barat. “Sekarang kami terus menekuni usaha pijat tunanetra ini. Hasilnya alhamdulillah bisa menghasilkan uang untuk kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.