Sektor Jasa Paling Menjanjikan

BANDUNG – Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi, Ferry Sofwan Arief menyebutkan kemampuan berbasis teknologi informasi (TI) saat ini dibutuhkan untuk pengembangan pasar berbasis digital.

Dikatakan Ferry, teknologi digital juga akan menciptakan 3.7 juta pekerjaan baru dalam 7 tahun mendatang, dan mayoritas berada pada sektor jasa. ”Pergeseran yang paling mencolok dari sektor manufaktur ke sektor jasa, memunculkan tantangan tersendiri di bidang ketenagakerjaan,” ujar Ferry Sofwan Arief pada Forum Perangkat Daerah Bidang Nakertrans 2018 di Prime Park Hotel Bandung, kemarin (28/3).

Meski demikian, dia memastikan taka da istilah teknologi  digital akan mematikan pekerja di sektor konvensional karena keduanya akan saling melengkapi. ”Misalnya untuk pemenuhan pekerja di sektor manufaktur yang sistem kerjanya masih konvensional. Bahkan industri ini di Jabar 60 persen menjadi penopang nasional,” sambungnya.

Disebutkan dia, revolusi industri itu memunculkan juga ekonomi berbasis teknologi yang lebih dikenal dengan sebagai ekonomi digital jaringan internet. Banyaknya jumlah generasi milenial dan kelas menengah, menjadikan e-commerce atau marketplace dan pengembangan digital makin berkembang.

Lebih lanjut Ferry juga mengungkapkan, saat ini Indonesia menempati urutan 4 sebagai negara tertinggi dalam pemanfaatan teknologi IT dan sosial media. Dengan penetrasi yang kian masif, Disnakertrans juga akan terus mendorong masyarakat untuk memberdayakannya ke arah yang positif.

”Tak bisa dipungkiri pengguna Whatsapp, instragram, facebook dan sejenisnya jumlahnya semakin bertambah. Kami akan terus dorong agar masyarakat tak sebata menggunakan namun bisa bernilai ekonomi,” katanya.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Hanif Dhakiri membenarkan adanya TI membuat perubahan kebutuhan keterampilan dan karakter tenaga kerja bergeser dengan cepat. Banyak keterampilan tenaga kerja yang sudah tidak diperlukan dan di sisi lain juga banyak bermunculan kebutuhan akan keterampilan baru.

”Itulah mengapa saat ini upgrading skill dan pengayaan keterampilan sangat diperlukan untuk mengimbangi pesatnya perubahan kebutuhan keterampilan tenaga kerja,” tuturnya.

Hanif juga menyampaikan, saat ini Indonesia tengah menghadapi krisis ketimpangan supply dan demand tenaga kerja. Tercatat, sebanyak 60,08 persen dari 128 juta angkatan kerja di tanah air, memiliki tingkat pendidikan SD dan SMP. (him/ign)

Tinggalkan Balasan