Gagal Urai Kemacetan

BANDUNG – Pemerintah kota (Pemkot) Bandung dinilai belum serius dalam menangani kemacetan. Meskipun diakui Pengamat Transportasi Publik asal ITB Sony Sulaksono, Pemkot sudah banyak upaya untuk mengatasinya.

”Kurang berhasilnya mode transportasi itu, akibat kurang masifnya pemerintah mengkampanyekan. Yang saya lihat justru seolah pemerintah itu, yang penting ada dulu,” kata Sony pada Jabar Ekspres, kemarin (4/2).

Dia juga mengakui jika selama ini Pemkot Bandung terus berusaha melakukan berbagai upaya untuk mengurai kemacetan. Termasuk dengan menciptakan inovasi baru dalam mode transportasi publik. Dari membuat angkot onlen, Bandros (Bandung tour on bus), Boseh, hingga angklung (angkot) yang diberi fasilitas Wifi hingga perpustakaan bagi penumpangnya. Namun semua itu tidak bisa mengurai kemacetan di kota Bandung.

Menurut pandangan Sony peluncuran program tersebut tidak dibarengi bagaimana perencanaan kedepannya yang matang. Padahal kata dia untuk membuat tarnspotasi massal itu tidak bisa setengah-setengah.

”Kita nggak bisa berharap tiba-tiba masyarakat langsung menggunakan angkot, atau boseh. Trus wisatawan yang datang ke Bandung pake Bandros. Itu kan sama dengan merubah prilaku dari yang menggunakan anguktan pribadi menggunakan tranportasi publik,” terangnya.

Menurut dia, yang namanya perubahan prilaku tidak bisa sifatnya seremonial saja, harus terus menerus digencarkan sehingga lama ke lamaan masyarakat bisa berubah. ”Sekali dua kali mencoba itu tidak bisa, itu yang saya lihat kurang dari Dishub,” ungkapnya.

Untuk mengatasi hal itu, memang menurutnya Dishub tidak bisa kerja sendirian harus bisa dibantu Dinas lainnya, seperti Dinas Pariwisata dalam mempromosikan bandros kewisatawan. ”Saya lihat dinas- dinas ini berjalan masing-masinh sesuai tupoksinya. Kalau seperti itu tidak akan bisa, harus ada leader yang bagus. Kalau di sisi wali kota Bandung yang harus bisa menjadi peran sentral,” tegasnya.

Terlebih dia meyoroti program Boseh yang dirasa kurang efektif, sebab masih kurang jelas fungsi dan sosialisasinya. ”Itu boseh kan. Katanya mau pake smart card, tapi masih bingung siapa operatornya. Trus itu kan program 2017 trus smart cardnya pake dana 2018, ya keburu rusak atuh sepedanya,” tutupnya. (pan)

Tinggalkan Balasan