Perbankan Optimistis di Tahun Politik

BANDUNG – Standard Chartered Bank Indonesia optimistis perbankan nasional tidak terganggu perhelatan Pilkada dan Pilpres 2019. Sebab, 2018 dipandang sebagai tahun momentum momentum pertumbuhan ekonomi nasional, regional, hingga global.

Chief Executive Officer, Standard Chartered Bank Indonesia Rino Donosepoetro mengatakan, tahun ini merupakan tahun yang menarik. Sebab, keputusan finansiaI dan berinvestasi akan seringkali dipengaruhi nuansa politik mengingat adanya Pilkada dan musim Pemilu.

”Namun dengan fundamental yang kuat, kami yakin PDB (Produk Domestik Bruto) nasional di tahun ini akan terus bertumbuh dengan didorong oleh konsumsi swasta dan investasi. Dengan melihat peluang dan landasan yang kuat tersebut, kami terus mencari solusi untuk dapat memenuhi kebutuhan berinvestasi bagi nasabah melalui produk-produk inovatif,” papar Rino jelang seminar keuangan Wealth on Wealth (WoW) untuk nasabah prioritas di Hotel Hilton, Kota Bandung, kemarin (1/2).

Hal serupa juga ketika menghadapkan ratusan nasabah dari Kota Bandung dalam menghadapi kondisi tahun politik. Menurut dia, Standard Chartered Bank Indonesia akan memaparkan kondisi saat hingga proyeksi perekonomian Indonesia di 2018.

”Semua penguasa akan menunggu dan lebih berhati-hati. Tapi dengan momentum yang ada, ini adalah kesempatan besar sebelum diambil oleh investor asing. Sebab, dalam setiap momentum, ada multiple effect dan ada kesempatan berikut risikonya,” urainya.

”Makanya, di seminar ini kami tidak mengarahkan nasabah harus bagaimana, tapi kami sharing prospek dan proyeksi yang mungkin baik untuk diambil,” tambahnya.

Chief Economist Standard Chartered Bank Indonesia Aldian Taloputra mengatakan, pengusaha memang akan melakukan langkah wait and see saat menghadapi tahun politik. Seperti 2009-2014, kata dia, investasi di Indonesia tercatat melambat. Namun, berkaca dari yang sudah-sudah, tahun ini iklim perekonomian diprediksi akan berbeda.

”Sebab, swasta sudah berhati-hati banget. Di sisi lain juga pemerintah pusat masih memprioritaskan infrastruktur, maka itu akan berdampak baik bagi investasi di Indonesia,” urai Aldian.

Dia memerinci, pertumbuhan PDB didorong oleh beberapa faktor. Pertama, pengeluaran fiskaI kemungkinan akan tetap ekspansif. ”Dengan target detisit anggaran yang cukup konservatif yaitu 2,2 persen dari PDB, kami percaya bahwa pemerintah memiliki ruang untuk meningkatkan pengeluaran sejalan dengan membaiknya prospek penerimaan pajak,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan