Di balai tersebut, mereka dilatih untuk membuat kerajinan. ”Kita sediakan trainer, mesin jahit, bahan benang, kain, dan yang lainnya. mereka diajari cara merajut, menjahit, dan bordir,” jelasnya.
Produk yang dihasilkan cukup beragam. Ada jilbab, syal, gantungan kunci, dan hiasan dinding. Di tiap produk tersebut selalu ada trademark bendera Palestina dan Indonesia.
Salah satu syal produk para janda di Gaza itu turut ”dipromosikan” Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Retno terus mengenakannya ketika Indonesia aktif menggalang dukungan menolak deklarasi AS yang mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel.
Berbekal pengalamannya menjadi kontributor sebuah televisi swasta nasional, pada 2015 Onim juga mendirikan sebuah kantor berita yang diberi nama Suara Palestina News Agency. Kantor berita yang juga mempekerjakan jurnalis-jurnalis lokal itu menyajikan beragam platform berita.
Baik berupa video untuk tayangan televisi, artikel untuk media cetak dan online, maupun voice untuk radio. Banyak media nasional di Indonesia yang lantas menyerap hasil kerja mereka.
Onim memang berkomitmen meminimalkan berita abu-abu tentang Palestina. ”Kadang kan Palestina hanya diberitakan yang berdarah-darahnya. Padahal, masih banyak hal lain yang bisa menjadi berita juga,” tutur dia.
Salah satu berita abu-abu tentang Palestina yang masih mengganjal hatinya berkaitan dengan konflik yang terjadi. Publik dunia, termasuk Indonesia, masih sering menganggap hanya muslim yang jadi korban kebiadaban Israel.
”Padahal, banyak juga umat Kristen di Palestina yang jadi korban. Gereja mereka dihancurkan Israel,” ungkap Bang Onim.
Onim bercerita pernah berbincang dengan pastor dan pendeta di salah satu gereja tertua di Gaza. Pastor dan pendeta itu sepakat mengatakan bahwa permasalahan di Palestina merupakan permasalahan bersama Islam dan Kristen yang sama-sama berhadapan dengan Yahudi (Israel).
Di Palestina, lanjut Onim, kerukunan umat Islam dan Kristen dapat menjadi contoh. Saat Israel menutup Masjidilaqsa dan melarang umat muslim beribadah di sana, umat Kristen Palestina ikut turun tangan. ”Mereka mengeluarkan statement bahwa bila Masjidilaqsa tetap ditutup, mereka akan mengalihfungsikan gereja menjadi masjid agar orang Islam dapat salat di sana,” tuturnya.