Hanya Bisa Makan Nasi Sekali dalam Sehari

Mayoritas warga lokal mendulang emas di sungai yang berhulu di tambang Freeport. Aliran air di sana lumayan banyak mengandung emas. Warga pendatang? Sebagian juga mendulang emas, sebagian lainnya berdagang. Mulai sembako, bahan bakar, sampai baju. Mereka berdagang di kios-kios.

Karen, dalam komunikasi yang hanya berlangsung sekali itu, juga menuturkan bagaimana dirinya dan teman temannya hanya bisa berdiam diri dan terus merasa ketakutan. Sebab, khawatir ketahuan kelompok bersenjata tersebut. Gerak-gerik mereka diawasi.

”Kamu (Zubaedah, Red) jangan menghubungi saya jika saya tidak menghubungi. Sebab, nyawa jadi taruhan,” ujar Sistianto menirukan ucapan Karen saat menelepon sang adik.

Menurut Bupati Demak H M. Natsir yang pada Rabu lalu (15/11) mengunjungi keluarga korban di Kedondong, memang banyak warga Demak yang bekerja mengais rezeki di Mimika. ”Bahkan, pasar di sana yang meramaikan juga wong Demak,” ujarnya.

Distrik Tembagapura sebenarnya adalah daerah yang terisolasi. Seperti dilaporkan Radar Timika (Jawa Pos Group), untuk sampai ke sana, dari Timika, yang bisa digunakan hanya bus Freeport atau kendaraan aparat. Otomatis, barang-barang yang diperdagangkan warga pendatang di Banti dan Kimbely juga masuk melalui dua angkutan itu.

Jarak Timika menuju Tembagapura sekitar 38 mil atau sekitar 61 km. Sepanjang Timika menuju Tembagapura, ada tiga checkpoint yang harus dilewati. Checkpoint Gorong-Gorong (Mil 27), checkpoint Bandara (Mil 28), dan checkpoint Kuala Kencana (Mil 32).

Sebagai catatan, mil itu diukur dari bibir pantai. Tembagapura sendiri berada pada Mil 66. Jalan dari Timika menuju Tembagapura sangat berat. Berbatu dan naik turun. Meski jaraknya hanya 61 km, perjalanan bisa memakan waktu 3 jam. Kendaraan tidak bisa melaju karena mayoritas menggunakan gigi 1.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Disnakerin) Pemkab Demak Eko Pringgolaksito yang mendampingi Natsir ke Kedondong mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan instansi terkait di Papua soal nasib para warga Demak tersebut. Meski demikian, hingga kini belum ada informasi yang pasti nasib mereka.

”Mereka ini kan bekerja berkelompok dan tidak ada kaitannya dengan bekerja secara kelembagaan sehingga tidak masuk kerja sama antardaerah,” katanya.

Tinggalkan Balasan