”Juga harus mempertimbangkan kepentingan lebih luas untuk kebaikan rakyat dan partai di Jabar, sebagai bagian strategis seperlima suara nasional,” paparnya.
Sementara itu, Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Bandung Dadang M Naser mempertanyakan keputusan DPP yang mengirimkan calon kepala daerah pilihan tanpa mendengar aspirasi daerah.
Dadang juga memperingatkan, jajaran pengurus dan ketua DPP Golkar agar mendengarkan aspirasi atau suara dari bawah jika ingin partai berlambang pohon beringin itu tetap besar.
Baca Juga:Warga Minang Bentukan IKM Jawa BaratImbas Lagu “Selamat Jalan”, Band J-Rock Disidang
Seperti saat ini menjelang Pilgub Jabar dan pilwalkot Bandung, DPP mengirimkan Nurul Arifin untuk pilwakot dan menggadang-gadang sepaket dengan Ridwan Kamil sebagai calon gubernurnya.
”Memang Nurul itu orang Bandung, cuma kan dia lama tidak di Bandung dan selama ini berkiprah di Golkar pusat. Begitu juga untuk pilgub Jabar, kalau tidak mendengarkan aspirasi dari daerah,” kata Dadang usai salat Jumat di Masjid Raya Al Fathu Soreang, kemarin (27/10).
Soal pilgub Jabar 2018 mendatang, kata Dadang, sikap DPD Partai Golkar Kabupaten Bandung sudah jelas menyatakan dukungannya kepada Ketua DPD Jabar Dedi Mulyadi. Begitu juga dengan DPD Partai Golkar lainnya di Jabar sudah menyatakan dukunganya kepada Bupati Purwakarta itu.
Namun anehnya, hingga saat ini masih ada suara lain dari DPP yang ingin mencalonkan nama lain, yakni Ridwan Kami (Wali Kota Bandung) dan Daniel Muttaqien kader muda Partai Golkar dari Indramayu.
Untuk memastikan pencalonan ketua DPD Partai Golkar Jabar ini, dia dan para ketua DPD Partai Golkar se-Jabar pernah mengonfimasi soal beredarnya Surat Keputusan (SK) penunjukkan Ridwan Kamil itu. Kata dia, soal SK yang beredar itu, ditegaskan oleh Ketua Harian DPP Partai Golkar Nurdin Halid bahwa SK tersebut adalah palsu.
”Kalau sekarang benar itu jadi keputusan DPP, pusat harus mengkaji ulang. Sebab, kami tetap menginginkan pak Dedi Mulyadi sebagai calon, itu sudah dikunci,” tegasnya.
”Kalau ditanya saya akan hengkang dari Golkar, persoalannya bukan hengkang tidaknya. Tapi saya balik tanya, Golkar butuh Dadang tidak. Kalau butuh, hayu kita kerjasama. Toh saya ini maju dari jalur independen,” paparnya.
