”Saya minta kembangkan hingga tidak ada lagi yang membuat hoax, konten negatif dan provokatif yang melanggar aturan,” tegasnya.
Ada sejumlah pihak yang harus dikejar dalam kasus tersebut, yakni pemberi dana dan pemesan ujaran kebencian. Kesemuanya harus ditindak tegas. ”Saya sudah sampaikan tangkap-tangkapain aja semua,” terang jenderal berbintang empat tersebut.
Tidak hanya itu, sesuai informasi yang diterimanya masih ada banyak produsen ujaran kebencian dan SARA sejenis Saracen. ”Yang sejenis itu harus juga dikejar, tidak pandang bulu,” paparnya.
Dia mengungkapkan, sindikat ujaran kebencian dan SARA seperti Saracen ini yang berada dibalik perpecahan selama ini. ”Mereka yang selama ini memecah masyarakat,” urainya.
Dia mengatakan, dalam pemilihan presiden 2014 dan pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017, Saracen dipastikan telah bermain untuk memecah belah. ”Sudah eksis dalam dua pemilihan itu,” tuturnya.
Apakah ada pengguna jasa untuk memenangkan pemilu? Tito mengatakan bahwa penanganan kasus belum sampai ke tahap tersebut. Yang pasti, saat ditemukan fakta hukum keterlibatannya, siapapun pasti diproses. ”semua yang terlibat tanggungjawab,” paparnya.
Sementara itu, Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Rikwanto mengatakan, saat ini penyidik sedang menyusun semua puzzle dalam kasus tersebut. Perlu diketahui bahwa kasus ini ibarat bangunan yang besar. ”Konstruksinya harus diketahui satu per satu untuk mengetahui gambaran lengkapnya,” terangnya.
Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) telah digandeng untuk mempercepat penelusuran terhadap siapapun yang telah bermain. ”Pemesannya siapa tentu akan diketahui,” ujarnya.
Menurutnya, penyelidikan kasus Saracen masih berlangsung, saat semua lengkap tentu akan diketahui dengan pasti pemesan-pemesan tersebut. ”Tunggu semuanya lengkap dulu,” paparnya.
Sebelumnya, Bareskrim mengungkap tiga orang anggota sindikat Saracen. Kelompok tersebut memiliki 800 ribu akun media sosial. Seorang ketuanya berinisial JAS memiliki 10 ribu akun yang dikelola sendiri. JAS juga memiliki kemampuan untuk bisa mengambil alih akun media sosial pihak yang ditargetkan. (idr/rie)