Kesempatan Belajar dari Para Senior

Lalu, berinteraksi dengan masyarakat sekitar, bertukar gagasan, dan membangun jaringan. Tujuannya, terbangun rasa saling memiliki dan identitas bersama sebagai warga Asia Tenggara.

Selama sepekan sebelum tampil sebagai pembicara di ALF yang berlangsung di kawasan Kota Tua, Jakarta, pada 3–6 Agustus, mereka ditempatkan di sebuah homestay. Lokasinya di kawasan Kampung Muara, Jakarta Selatan.

”Dengan tinggal di tengah masyarakat, kita harapkan mereka bisa menangkap problem di sekitar dan mengambil inspirasi. Sehingga karya-karya yang dihasilkan bisa menjadi suara bagi persoalan-persoalan dalam masyarakat,” papar Okky Madasari, direktur program ASEAN Literary Festival.

Beragam kegiatan pun disusun untuk memungkinkan peserta residensi melebur dengan masyarakat sekitar. Mulai berkunjung ke sekolah dasar, SMP, serta SMA untuk berbagi pengalaman menjadi penulis, menampilkan karya di panggung kampung, hingga berinteraksi dengan warga sekitar Kali Ciliwung.

Para peserta juga mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah. Juga, menjajal kebiasaan lokal seperti makan bareng ala liwetan. Plus, mencicipi rendang langsung di warung Padang hingga memasak menu khas masing-masing negara pada hari terakhir residensi (2/8).

Hariz dan rekannya, penulis dari Singapura, Clara Chow, misalnya, berkesempatan masuk kelas bersama di sebuah sekolah dasar.

Setelah bercerita tentang negara masing-masing, Singapura dan Brunei, keduanya meminta anak-anak bertanya. Pertanyaan pun meluncur deras. Mulai apa makanan tradisional di Singapura, apa yang dilakukan anak-anak kecil di sana, dan banyak pertanyaan polos lain.

Pengalaman itu menyadarkan Clara bahwa sebagai sesama negara Asia Tenggara, Singapura, Indonesia, dan para jiran sekawasan punya banyak kesamaan. Namun, sering belum saling mengenal dengan baik.

Untuk itu, segera setelah kembali ke Singapura, Clara ingin menulis apa yang didapatnya selama residensi untuk The Straits Time, surat kabar terbesar di sana. Mantan jurnalis yang kini menjadi penulis lepas itu juga berencana membuat cerita pendek dari kehidupannya selama lebih dari seminggu di Jakarta.

Dari cerita peserta residensi, detail yang ditemui di sekitar homestay, hingga kebiasaan-kebiasaan masyarakat. ”Karena itu, saya ke mana-mana bawa buku catatan,” ucap dia sambil menunjukkan notes-nya.

Tinggalkan Balasan