jabarekspres.com, SOREANG – Petani padi di Kabupaten Bandung mengaku khawatir dengan musim kemarau yang tengah berlangsung. Pasalnya cuaca kering saat ini bisa membuat gagal panen. Dari pengalaman terdahulu tiap musim kemarau berlangsung selalu terjadi gagal panen. Selain itu, hama tikus yang merusak padi membuat produktifitas sawah menjadi berkurang.
Dadang,50, petani padi di desa Kutawaringin, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung mengaku setiap musim kemarau berlangsung kondisi sawah menjadi kering. Ditambah hama tikus yang merusak sawah membuat padi rusak dan tumbuh tidak bisa dipanen.
“Kemarau bikin repot, sawah kering. Makanya kami selalau dibayang-bayangi oleh gagal panen,” ujarnya saat ditemui di sawah miliknya, kemarin (18/7).
Ia menuturkan, baru akan menanam benih padi sekitar 10 hari ke depan. Dari luas sawah 1000 tumbak yang ditanami padi hanya sekitar 50 persen saja yang bisa berhasil dipanen. Sementara sisanya gagal panen. Kondisi tersebut dinilainya sebagai kondisi yang tidak normal.
Menurut dia, terdapat banyak yang menganggu area pertanian padi di wilayahnya. Pihaknya terus berupaya agar meminimalisir hama khsusunya hama tikus yang semakin hari semakin meresahkan. “Banyaknya hama tikus inilah menambah petani disini semakin kesal. Karena ulah hama tikus ini menjadi factor kedua kegalalan kami saat panen selain musim kemarau,” tambahnya.
Petani lainnya, Odih,45, menambahkan saat ini menanam padi di sawah terbilang mahal karena harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Termasuk menyiapkan anggaran untuk memompa air sungai menggunakan diesel untuk dialirkan ke sawah. Hal itu dilakukan petani, sebab sungai yang biasa mengairinya, kini tertutup bangunan perumahan. Rata-rata sawah di desanya, banyak yang dijual dan dialihfungsikan menjadi puluhan pemukiman.
Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Bandung, Nono Sambas mengungkapkan saat ini musim kemarau belum terlalu berdampak kepada kondisi pertanian. Dia mengimbau kepada pemerintah agar area pertanian yang memiliki sumber air yang bagus, namun infrastrukturnya rusak, harus segera diperbaiki.
“Sawah petani yang ada sumber air dari irigasi teknis atau setengah teknis dan infrastrukturnya masih bagus tidak ada masalah. Tapi ada sumber air tapi infrastruktur rusak itu jadi masalah. Makanya harus mendapatkan perhatian pemerintah, apalagi tidak ada hujan itu lebih repot lagi,” ungkapnya.