jabarekspres.com – Salah satu ancaman terbesar saat Piala Dunia 2018 berlangsung adalah isu rasisme. Maklum, warga Rusia dikenal alergi terhadap pemain dan fans yang berkulit gelap.
Namun, Rusia menunjukkan bahwa hal-hal berbau rasialis tak akan muncul. Itu sudah mereka buktikan sepanjang perhelatan Piala Konfederasi 2017. Belum ada laporan dari fans atau pemain yang menjadi korban rasis. Kampanye antirasis pun terus digelorakan.
Panitia penyelenggara di Kota Yekaterinburg misalnya. Mereka menggandeng Fabrice Saturnis sebagai duta antirasialis. Pria asal Kamerun itu merupakan kandidat PhD ilmu sociological architecture di Ural Federal University Yekaterinburg. Nah, Fabrice sudah resmi bergabung dalam tim promosi dan sosialisasi Yekaterinburg sebagai host Piala Dunia 2018.
”Saya juga bisa bahasa Indonesia karena pernah studi satu tahun di Malaysia. Pernah juga mampir ke Jakarta, Bali, dan Surabaya,” kata Fabrice dalam bahasa Indonesia yang lumayan lancar ketika berbincang dengan Jawa Pos pada Sabtu (1/7). Dalam presentasi host Piala Dunia 2018 Sabtu lalu, hanya Yekaterinburg yang membawa ”warga berwarna” dalam rombongannya.
Fabrice mengatakan, dalam empat tahun di Yekaterinburg ini, dirinya tak pernah mendapat perlakuan rasisme. Malah sebaliknya, di Yekaterinburg pria berambut gimbal itu disambut dengan hangat oleh warga.
Sebelum perhelatan Piala Konfederasi 2017 ini, di Sochi memang sempat ada parade dari warga kulit berwarna. Menurut The Guardian, mereka melakukan parade sebagai simbol penolakan atas sikap-sikap rasisme yang masih sering terjadi di Rusia.
Fabrice menceritakan pengalamannya. Menurut dia, di beberapa Kota Rusia memang masih ada sentimen kebangsaan yang kuat. Namun, saat ini sikap penolakan terhadap warga asing mulai luntur dan warga Rusia mulai terbuka.
Setali tiga uang dengan Fabrice, Andriy Nizhenko yang masuk bidang promosi Nizhny Novgorod di Piala Dunia 2018 mengatakan, rasisme juga tak boleh terjadi di kotanya. Bahkan, akan ada kesepakatan dari dewan kota dengan FIFA soal hukuman berat buat pelaku rasisme.
”Stigma rasisme di Rusia memang masih kuat. Sikap itu harus disadari bahwa mereka membuat turis tidak nyaman untuk Nizhny Novgorod. Kami punya komitmen kuat buat menolak rasisme,” ucap Andriy. (dra/c10/bas)