Menikmati Anomali dari Dekonstruksi

Shoegaze
FOTOGRAFER: HILMI/ZETIZEN TEAMMODEL: RENO SURYALAYOUT: RAMA/ZETIZEN TEAMILUSTRASI: NINA/ZETIZEN TEAM
0 Komentar

  • SLOWDIVE – SOUVLAKI (1993)

Sebuah album ibarat sebagai batu bagi sebuah band. Bisa menjadi batu nisan sebagai penanda kegagalan atau batu pijakan untuk melangkah ke level selanjutnya. Meski telah berusia sekitar 24 tahun, album studio kedua dari Slowdive ini masih relevan dan berada sejajar dalam barisan album klasik shoegaze.

Berada di bawah naungan Creation Records, Souvlaki tercatat sebagai salah satu karya penting dalam artefak sejarah musik shoegaze. Melalui album dengan karakter sound yang cloudy dan hazy tersebut, nama Slowdive berhasil melejit sebelum memutuskan untuk bubar pada Februari 1995.

  • WHIRR – SWAY (2014)

Bukti nyata bahwa shoegaze masih terus hidup dari generasi ke generasi lewat kehadiran Whirr. Band shoegaze asal Amerika yang merupakan kolektif dari band-band kenamaan seperti Deafheaven dan Nothing itu menjadi salah satu nama potensial yang kelak terukir dalam sejarah musik shoegaze.

Baca Juga:Lampu Hijau Pembangunan Cileunyi SquareSpirit Ramadan untuk Jaga Persatuan

Lewat album ini, Whirr seolah meremajakan album Loveless dan Souvlaki menjadi sound yang lebih modern tanpa meninggalkan riff dan tekstur sound yang sarat ambience. Namun, di balik kegeniusan meramu musik, nama Whirr sempat tercoreng kala mem-bully band G.L.O.S.S.

Laman:

1 2 3
0 Komentar