jabarekspres.com, JAKARTA – Bank OCBC NISP melanjutkan tren positif pada laporan kinerja keuangan kuartal I tahun 2017. OCBC NISP berhasil mencatatkan pertumbuhan aset per hingga Maret 2017 sebesar 21 persen menjadi Rp 143,9 triliun dari Rp 119,4 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengungkapkan, kinerja Bank OCBC NISP pada kuartal I 2017 ini melanjutkan tren yang positif. Keberhasilan ini juga didorong oleh kualitas aset yang tetap terjaga sehat dengan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) net sebesar 0,8 persen.
”Dengan pencapaian pada kuartal I ini, kami optimistis untuk ke depannya dapat menjalankan perencanaan bisnis sesuai yang telah dicanangkan pada awal tahun,” ujar Parwati dalam keterangan tertulis yang diterima Jabar Ekspres belum lama ini.
Dalam laporan kinerja keuangan kuartal I tahun 2017, Bank OCBC NISP mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 23 persen yoy atau menjadi sebesar Rp 563 miliar. Sementara dari sisi penyaluran kredit, tercatat peningkatan penyaluran kredit (gross) sebesar 11 persen menjadi sebesar Rp 94,5 triliun pada akhir kuartal I tahun 2017 dari Rp 85,1 triliun pada periode yang sama tahun 2016.
Bank OCBC NISP juga berhasil menjaga rasio-rasio keuangan utamanya pada level yang cukup baik. Rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) tercatat 18,2 persen, Return On Equity (ROE) 11,5 persen, Return On Asset (ROA) 2,1 persen dan rasio kredit bermasalah neto (net NPL) yang stabil sebesar 0,8 persen jauh di bawah ketentuan Bank Indonesia sebesar 5 persen.
”Menutup kuartal I, sebagai bank gateway, OCBC NISP berhasil menghimpun total uang tebusan tax amnesty sebesar Rp 2,3 triliun serta dana repatriasi sebesar Rp 8,5 triliun. Industri perbankan akan menjadi salah satu tonggak utama dalam memberikan solusi keuangan bagi investor khususnya untuk perorangan dan korporasi. Dengan penerapan Automatic Exchange of Information (AEOI) dan Base Erosion and Profit Shifting (BEPS) di awal tahun 2018, Bank akan melihat ini sebagai peluang untuk menarik dana dan transaksi yang masih berada di luar negeri untuk masuk ke Indonesia,” tambah Parwati. (rls/fik)