jabarekspres.com, JAKARTA – Pertumbuhan industri nasional diyakini akan lebih tinggi jika bank sentral menempuh kebijakan untuk menurunkan suku bunga. Staf Khusus Menteri Perindustrian Benny Soetrisno menuturkan, kebijakan suku bunga dari Bank Indonesia yang cukup tinggi dikhawatirkan dapat menghambat pertumbuhan industri dan iklim investasi.
”Dengan adanya deflasi, seharusnya BI menurunkan tingkat suku bunga,” ujarnya di Jakarta. Benny menuturkan, dengan tingkat suku bunga rendah, kalangan industri akan mendapatkan pinjaman yang lebih murah sehingga mampu meningkatkan daya saing di tingkat internasional.
”Tingkat suku bunga di Tiongkok dan Singapura sangat rendah sekitar 4-5 persen. Bahkan, di beberapa negara lain malah lebih rendah lagi mencapai 3 persen,’’ ujar pria yang juga pengusaha itu. Sementara itu, kebijakan suku bunga kredit yang ditetapkan perbankan di Indonesia tercatat sebesar 9-11 persen.
Pria yang juga Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) itu menyatakan, penentuan suku bunga perbankan di Indonesia lebih tergantung kepada BI dan bank-bank pemerintah. Menurutnya, keinginan dunia usaha selama ini dirasa kurang diperhatikan.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman menambahkan, suku bunga kredit bank yang terlalu besar sangat memberatkan bagi industri terutama skala menengah ke bawah. Apalagi, industri kecil dan menengah (IKM) merupakan sektor mayoritas dari populasi industri di Indonesia.
”Ke depannya, perbankan Indonesia diharapkan bisa semakin efisien dalam mengelola biaya operasional,’’ tuturnya. Artinya, pelaku industri meminta suku bunga kredit bisa turun dan jaraknya dengan suku bunga deposito tidak terlalu panjang.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani mengatakan, apabila suku bunga perbankan belum turun secara signifikan akan membuat pelaku usaha untuk menahan ekspansi.
Sebab, pelaku usaha mempertimbangkan kemampuan daya beli pasar yang masih rendah. ”Yang penting adalah mendorong peningkatan pasar atau konsumsi rumah tangga di berbagai sektor,” jelasnya.
Meski begitu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengaku optimistis pertumbuhan industri nasional akan lebih terdongkrak lagi apabila harga gas dan listrik lebih kompetitif karena mampu menekan biaya produksi. ”Bahkan, itu bisa menambah daya saing industri nasional di kancah global,’’ tuturnya.