’’Subplot yang menyertai, misalnya terkait villain dan pihak-pihak yang berseteru dengan mereka, terlalu banyak dan mengganggu,’’ ulas Gleiberman. ’’Ada pihak Ayesha (Elizabeth Debicki), lalu ada Stakar, pemimpin kelompok Ravager yang diperankan Sylvester Stallone. Oh ya, Yondu punya masalah sendiri di sini. Terlalu kompleks, tidak diimbangi jalan cerita yang smooth,’’ lanjutnya.
Lagi-lagi, who cares? GotG 2 tetap mencuri perhatian. Film itu mendapat review positif dari penonton. Rotten Tomatoes memberinya rating 86 persen, sedangkan IMDb memberinya 8,2. Fans, tampaknya, beranggapan, kalau berurusan dengan GotG, lebih baik dinikmati saja. Tak perlu terlalu dipikirkan ceritanya. Toh, humor yang mendapat porsi besar di sini tetap enjoyable.
Drama keluarga tentang Quill dan ayahnya, Ego, memang cukup memberikan bumbu yang menyentuh. Tak sedikit fans yang menangis ketika keluar dari bioskop. Keberhasilan Gunn memasukkan elemen drama mendapat pujian. ’’Ikatan keluarga tertanam dalam DNA skenario film ini,’’ kata Peter Travers, kolumnis Rolling Stones. Tampaknya, kita harus setuju kepada sebagian besar fans. Jangan dipikirin, enjoy aja. Hehe. (variety/deadline/and/c19/na)