jabarekspres.com, BANDUNG – Pelatih Persib Bandung Djadjang Nurdjaman mengakui, tidak mudah untuk menciptakan keharmonisan dalam tim Persib saat ini. Apalagi, sekarang sudah ada dua pemain baru berkelas dunia, Michael Essien (eks pemain Chelsea dan Real Madrid) dan Carlton Cole (eks West Ham United).
”Ya, memang tidak gampang. Bukan hanya karena ada pemain dunia tapi semakin banyak pemain dengan kemampuan yang sama,” ujar Djanur sapaan akrab sang pelatih, kemarin (31/3).
”Cukup sulit agar para pemain tetap harmonis,” sambungnya.
Meski demikian, Djanur menegaskan punya cara sendiri agar keharmonisan dalam tim tetap terjaga. Namun, hal itu tentu tidak perlu dipublikasikan.
”Tidak perlu saya sebutkan a, b, c, d-nya. Yang pasti saya punya cara agar tim ini tetap harmonis. Saya juga akan bicara dulu sama Essien dan Cole soal budaya di sini, termasuk pengalaman saya selama menangani Persib, agar mereka tahu,” urai Djanur.
Di sisi lain, pelatih berusia 59 tahun ini mengaku kehadiran dua pemain dunia tersebut menambah beban bagi dirinya karena praktis. Tantangannya semakin besar dalam mengarungi kompetisi Liga 1 2017.
”Manajemen sudah berhasil memopulerkan Persib sehingga Persib dikenal di mana-mana sampai diberitakan media luar negeri. Sekarang semuanya ada di pundak saya,” tegas Djanur.
Namun, hal itu kata Djanur, tidak terlalu dipikirkan. Sebab, dalam menangani tim Persib, pasti tetap jadi beban karena ada pemain dunia atau pun tidak, tekanan di Persib tetap sama.
”Saya hadapi seperti biasa saja walau beban bertambah seiring datangnya pemain dunia karena tahu sendiri selama ini tekanan di Persib begitu tinggi. Ini menjadi tantangan saya dan tim ke depan, terutama di Liga 1 nanti,” tandasnya. Pelatih yang segera mendapat lisensi kepelatihan A AFC itu melanjutkan, program dan agenda latihannya sudah mengikuti era sepak bola masa kini. Dia menegaskan, caranya melatih tidak kaku.
”Karena (program dan cara) latihan saya juga sudah mengikuti era sepakbola sekarang, jadi kenapa mesti diubah? Karena cara melatih saya juga enggak ortodoks-ortodoks (pandangan kuno) amat,” paparnya.