Harun Karundi, Perajin Perahu Tongkang Bertahan di Era Modern

Kabupaten Bandung memiliki banyak sentra industry kerajian. Salah satunya, Kampung perahu yang tetap berkembang di tengah pesatnya moda transportasi.

IGUN RUCHYAT, Baleendah

HARUN Karundi, perajin perahu tongkang tetap bertahan di zaman modern ini. Perajin yang beralamat di Kampung Mekarsari, RT 04/23, Kelurahan Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung ini mengaku tak khawatir akan rezeki yang diberikan tuhan. Sehingga, dia tetap enjoy menggeluti bisnis ini.

”Para perajin perahu tongkang ini secara turun temurun. Ini merupakan warisan dari orang tua saya dari 1973. Dalam pembuatannya, saya tetap mempertahankan cara tradisional,” ujar Harun saat ditemui Bandung Ekspres kemarin di woekshop-nya kemarin (23/2).

Harun mengatakan, perahu buatannya tak hanya dipakai untuk evakuasi saat banjir, melainkan oleh para penambang pasir di sepanjang Sungai Citarum, ojek perahu, hingga para penyedia jasa penyewaan perahu di beberapa danau wisata di Jawa Barat.

”Januari lalu, Pemda Kabupaten Bandung beli lima belas buah perahu untuk disumbangkan ke beberapa kecamatan guna dipakai alat evakuasi daerah banjir,” kata lelaki 65 tahun itu.

Dia mengungkapkan, dalam membuat perahu tak bisa dilakukan sembarang orang. Itu keahlian yang diwariskan secara turun-temurun.

Dia pun mewariskan keahliannya kepada kedua anaknya. Selain itu, tak ada generasi muda yang berminat meneruskan jejak orang tua mereka sebagai perajin perahu. Sehingga, makin menyusut kuantitas pengrajin di daerah itu.

lebih lanjut, dia mengeluhkan bahan baku yang saat ini sulit didapat. ”Saya memang mengeluhkan sulitnya mendapatkan bahan baku yang berkualitas. Sebab semakin sedikit petani kayu di daerah Kabupaten Bandung. Kayu yang bagus untuk pembuatan perahu ini dari jenis kayu surian. Tetapi susah untuk mendapatkannya, sekalipun ada harganya mahal sehingga berpengaruh terhadap harga jual perahu,” keluhnya.

Satu unit perahu dikerjakan antara tujuh hingga sepuluh hari. Satu unit perahu dijual seharga Rp 2,5 – Rp 14 juta atau tergantung ukuran. Semakin besar ukuran, maka semakin mahal pula harga perahu tersebut.

Dia berharap, kampung perahu ini terus lestari. Keahliannya membuat perahu bakal terus diwariskan ke anak cucunya. ”Saat ini saya ajarkan ke anak saya dan sudah bisa membuat sendiri, kampung ini tetap dijuluki Kampung Perahu oleh warga yang bermukim di luar Baleendah,” pungkasnya. (*/fik)

Tinggalkan Balasan