Natasha bercerita mulai kenal dunia akting saat berusia 10 tahun. Pada saat itu, kebetulan Damien juga sedang memulai pembuatan film indie. Natasha ibarat menjadi kelinci percobaan Damien. Dia diminta menjadi cewek buta tuli bisu hingga cewek kesurupan.
Natasha kecil belajar secara langsung dengan melihat film The Miracle Worker tentang Helen Keller. Tentu bukan perkara gampang memerankan seorang gadis buta tuli bisu seperti dalam cerita Helen Keller tersebut. Tapi, bagi Natasha itu justru menguntungkan. Sebab, setelah bisa melewati hal-hal sulit, tentu yang lain akan lebih mudah. ”Latihan terbaik itu langsung praktik,” tutur dia.
Pada akhirnya, akting yang dia pelajari itu berguna. Khususnya saat dia memainkan peran sebagai gadis buta di film L4 Lupus pada 2010. Prinsip itu pula yang dia terapkan saat menyutradarai film pada usia 11 tahun. Natasha masih ingat betul pada saat itu hanya mendapatkan arahan awal dari ayahnya. Setelah itu dia mengerjakan sendiri. ”Papa waktu itu mengunci diri di kamar, tidak boleh ngetok. Tidak mau bantu sama sekali,” kenang dia.
Film berjudul Mama Aku Harus Pergi yang dibuat pada 2009 itu diangkat dari novel Damien dengan judul sama. Bercerita tentang seorang anak yang meninggal dunia dalam kecelakaan, tapi arwahnya tidak mau jauh dari sang ibu. Natasha menyelesaikan film berdurasi 83 menit tersebut dalam sepekan. ”Mulai syutingnya itu jam 09.00 sampai 01.00. Saya sempat mimisan juga,” ungkap dia.
Gara-gara usia yang masih belia, 11 tahun, dan bisa membuat film panjang, Natasha masuk daftar Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri). Dia juga mendapatkan rekor dari Royal World Records sebagai The Youngest Female Director alias sutradara perempuan termuda.Film pertamanya tersebut juga dibawa ke beberapa festival film. Natasha menganggap itu sebagai bentuk tes kualitas film yang dibuat. Hasilnya menggembirakan. Misalnya di Miami Independent Film Festival dan International Independent Film Awards (IIFA). ”Di Miami (jurinya) tersentuh banget. Kok anak 11 tahun bisa bikin film tentang perdamaian dan membuat mereka menangis,” ujar dia.
Tapi, lebih dari semua penghargaan tersebut, ungkap Natasha, film pertama yang dia buat itu akan terus menjadi kenangan dan pembelajaran. Dia berkaca pada kata-kata sutradara kondang Steven Spielberg: ”Film pertamamu akan menjadi pelajaran terbaik.”