Disinggung soal bahaya HIV/AIDS, Ay mengaku, tidak bisa berbuat banyak ketika kehidupan tidak terpenuhi. Untuk memperkecil kemungkinan dia berpenyakit, dia pun mulai menyiasatinya dengan kondom. ’’Tapi belum pernah tes HIV,” ucapnya ringan.
Lahir dengan HIV Positif
Beda halnya dengan FR dan Ay yang memiliki pilihan hidup, LA tidak memiliki pilihan lain. Anak perempuan berusia lima tahun lahir dengan status HIV positif.
Yatim piatu asal Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur ini menjadi korban dari perilaku orangtuanya. Beruntung, penyakitnya tersebut segera diketahui dan mulai diobati secara intensif keluarga inti yang peduli.
Ayahnya diketahui meninggal pada 2012 lalu akibat penyakit kronis. Dua tahun selanjutnya, LA juga ditinggal ibunya dengan kondisi yang sama. Menurut dokter ibunya meninggal karena HIV/AIDS. ”Setelah diperiksa, LA juga terkena,” ucap EK, 45, paman dari LA.
Dia mengaku, sangat menyayangkan prilaku adik iparnya. Sebab, tidak mikirkan dampak jangka panjang. ”Ayahnya memang diduga melakukan seks menyimpang. Dia terkena beberapa tahun sebelum istrinya mengandung LA. Pasalnya kakak LA yang kini umur 17 tahun negatif,” paparnya.
Awalnya EK pesimistis LA akan tumbuh menjadi anak yang ceria dan bisa tumbuh kembang. ”Sekarang LA punya harapan untuk hidup lebih lama. Kami akan berusaha merawat dengan baik. Saya harap LA menjadi contoh agar orangtua sadar menjaga diri agar anak tak jadi korban,” tuturnya.
Sementara itu, Divisi Pelayanan LSM Rumah Cemara Eliyanti menambahkan, seorang pasien anak dengan HIV positif dari lahir harus diedukasi dengan betul-betul telaten dari usia delapan tahun. Sebab, di usia itu, anak mulai mencari tahu kenapa dia sering sakit, kenapa sering dibawa ke rumah sakit dan kenapa harus mengonsumsi obat setiap hari. ”Mereka harus mengetahui sejak dini pada status mereka. Apalagi yang baru terjangkit,” tandasnya. ”Dan ingat, harus dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak itu. Terlebih, dia harus mengonsumsi obat seumur hidup,” tambahnya. (dn/bay/rie)