Misi pertama adalah mendapatkan T-shirt yang saya inginkan. Tinggal deg-degan menunggu misi berikutnya: menyampaikan surat-surat dan hadiah pemberian fans dari Indonesia untuk Mamo, sapaan fans untuk Mamoru.
Karena ini adalah kali pertama datang ke konser Mamo, saya agak ragu-ragu bagaimana prosedur penyerahan barang-barang tersebut. Maka, saya nekat bertanya kepada seorang staf yang berjaga di dekat pintu masuk dengan modal bahasa Jepang yang saya miliki. ”Saya datang dari Indonesia untuk menyampaikan titipan dari fans Indonesia untuk Mamo,” kata saya.
Sang staf tampak terkejut. ”Wah, ternyata ada juga ya fans Mamo yang datang jauh-jauh dari Indonesia,” ujarnya takjub.
Setelah mengecek bawaan saya yang salah satunya berupa wayang kulit, dia meminta saya untuk bersabar hingga gate dibuka. Tepat di depan gate, terdapat pojok khusus tempat penonton bisa meninggalkan surat dan hadiah untuk pemilik lima album dan 16 single itu.
Sambil menunggu gate dibuka, saya mengobrol dengan seorang perempuan yang duduk di sebelah saya. Namanya Narita Megumi. Karena penampilannya yang lebih humble, berbeda dengan rata-rata penggemar Mamo, saya penasaran. ”Saya ibu rumah tangga yang ngefans banget sama Mamo,” ungkapnya.
Ini bukan kali pertama Megumi menonton konser Mamo. ”Konser ini yang kedua,” ceritanya. ”Suami saya nggak tahu. Kalau dia tahu, pasti nggak bakal diizinkan. Mamo kan ganteng. Jadi, dia cemburu,” ujar perempuan 30 tahun itu.
Megumi tak sendiri. Ada pula Miki yang berusia jauh lebih tua. Rekan Megumi di SNS (Social Networking Sites) itu datang bersama putrinya, Kaori, yang sudah kelas 3 SMA.
Layaknya penggemar yang berusia belasan tahun, tangan Miki menjinjing satu tas berisi goodies Mamo. Bahkan, di casing ponselnya terselip karakter Ichinose Tokiya dari serial Uta no Prince-sama yang diperankan Mamo.
Sebenarnya hari itu Kaori punya acara belajar bersama. Namun, Miki memintanya ikut menemani melihat konser Mamo. ”Saya telepon temannya dan bilang bahwa anak saya sedang nggak enak badan. Padahal, dia menemani saya ke sini. Astaga, ibu macam apa saya ini?” kata perempuan yang menolak menyebutkan nama lengkapnya itu.