bandungekspres.co.id, PANGANDARAN – Kabupaten Pangandaran kembali berduka. Belum berakhir bencana banjir yang merendam ribuan rumah di delapan kecamatan, angin puting beliung memporakporandakan ratusan rumah di pusat pemerintahan Kecamatan Parigi pukul 14.00, kemarin (12/10).
Informasi diperoleh, angin kencang disertai petir terjadi dalam waktu sekitar dua menit. Namun, sapuan angin menghancurkan ratusan bangunan dan merobohkan pepohonan. Sejumlah, warga juga dilaporkan terluka akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Satu orang warga Ade Sapju, 40, warga Dusun Bojongsalawe juga dilaporkan meninggal dunia saat akan menyeberang sungai. Diduga, korban berusaha menghindari sapuan angin kencang.
Di Dusun Astamaya Desa Kalangjaladri Kecamatan Parigi, angin puting beliung menerjang 115 rumah tersebar di tiga RW 02 yakni RT 02, 05 dan 06. Sementara di Dusun Buniayu, ada sekitar 49 rumah di RT 05/02.
Di Desa Parigi puluhan rumah juga porak poranda. Di Desa Parigi, tercatat sebanyak 128 rumah juga rusak, beberapa di antaranya bahkan rata dengan tanah.
Saifudin, 53, warga RT 03 RW 07 Dusun Purwasari Kecamatan Parigi mengatakan, angin kencang tiba-tiba datang saat kondisi sedang hujan gerimis. ”Hujannya gak besar tapi angin tiba-tiba kencang disertai petir, suasananya sangat mencekam,” ujarnya.
Dikatakannya, akibat sapuan angin, rumahnya hancur. Dirinya bersama keluarga terpaksa mengungsi ke rumah kerabatnya. ”Rumah saya sudah gak layak ditempati, atap rumah berterbangan,” kata dia.
Ivan, 36, salah seorang pegawai operator seluler mengaku sempat melihat angin berputar kencang dan menerbangan sejumlah atap bangunan dan toko di sepanjang Jalan Raya Parigi sekitar 1 kilometer dari pendopo Bupati Pangandaran. ”Sangat kencang anginnya, saya juga gak berani keluar kantor. Tapi kejadiannya gak lama,” ujarnya.
Kepala Bidang Sosial Disdukcapil Sosnakertrans Undang Gusnandar mengatakan pihaknya langsung menerjunkan puluhan anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) ke lokasi terdampak angin puting beliung. ”Kita membantu warga untuk membersihkan sisa reruntuhan bangunan serta pohon-pohon yang tumbang,” kata dia.
Pihaknya mengaku sempat kesulitan untuk mengevakuasi sejumlah pohon besar yang tumbang di badan jalan. ”Kita belum punya mesin pemotong kayu, jadi kita derek mobil unit reaksi cepat milik kita,” ungkapnya.